KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat risiko kredit macet secara agregat atau TWP90 industri fintech peer to peer (P2P) lending tercatat membaik dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan, TWP90 industri tercatat stabil atau memiliki nilai yang sama pada Agustus 2024 dan September 2024 sebesar 2,38%. Meskipun demikian, tampaknya fintech lending harus mulai mewaspadai adanya potensi peningkatan TWP90 hingga akhir tahun di tengah penyaluran pembiayaan yang terus tumbuh. Adapun
outstanding pembiayaan fintech P2P lending terus meningkat mencapai Rp 74,48 triliun pada September 2024. Pencapaian pada September 2024 tumbuh sebesar 33,73% secara
Year on Year (YoY). Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengkhawatirkan TWP90 periode Oktober 2024 hingga Desember 2024 akan kembali terjadi kenaikan. Dia memperkirakan tren itu akan terus naik pada Januari 2024 hingga Februari 2024.
Nailul beranggapan hal itu karena adanya efek dari daya beli masyarakat yang masih melemah di tengah meningkatnya penyaluran pembiayaan secara industri. "Dengan demikian akan membuat kredit macet berpotensi meningkat," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (1/11). Meskipun demikian, Nailul mengatakan seharusnya industri
fintech lending sudah bisa mengantisipasi hal tersebut dengan memperbaiki kualitas penyaluran.
Baca Juga: Ada 14 Fintech Lending Belum Penuhi Ketentuan Ekuitas Minimum Rp 7,5 Miliar TWP90 Fintech Lending Naik
Proyeksi tersebut sudah mulai terlihat dari performa beberapa
fintech lending. Misalnya,
fintech P2P
lending PT Akselerasi Usaha Indonesia tercatat mengalami kenaikan tipis angka TWP90. Group CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan TWP90 perusahaan per 1 November 2024 berada di level 0,34%. Nilai itu terlihat naik tipis dibandingkan posisi 1 Oktober 2024 yang berada di level 0,25%. "Meskipun demikian, masih terbilang stabil," ucapnya kepada Kontan.co.id, Jumat (1/11). Lebih lanjut, Ivan menyebut TWP90 perusahaan konsisten stabil rendah di bawah 1% dalam 3-4 tahun terakhir. Dia pun memproyeksikan TWP90 Akseleran masih akan berada di bawah 1% hingga akhir tahun ini. Selain itu, Ivan juga mengungkapkan ada sejumlah faktor yang bisa membuat TWP90 menjadi meningkat. Salah satunya, yakni asesmen pinjaman yang tidak
prudent. "Faktor lainnya bisa juga dari makro ekonomi. Apabila ekonomi memburuk, inflasi tinggi, suku bunga tinggi, tentu kemampuan bayar debitur pada umumnya akan menurun," tuturnya.
Baca Juga: AFPI Beberkan Sejumlah Faktor Pemicu Stabilnya TWP90 Fintech Lending Oleh karena itu, Ivan mengatakan penting bagi perusahaan
fintech lending untuk selalu adaptasi dengan perubahan yang terjadi. Ditambah penting juga untuk disiplin selalu
prudent dalam melakukan asesmen pinjaman. Fintech P2P lending Modalku juga mencatatkan kenaikan tingkat risiko kredit macet secara agregat atau TWP90. Country Head Modalku Indonesia Arthur Adisusanto mengatakan TWP90 di akhir Oktober tercatat sebesar 4,4%. Adapun TWP90 Modalku pada akhir September 2024 sebesar 2,16%. Arthur menerangkan kenaikan TWP90 itu pada dasarnya dipengaruhi oleh kinerja UMKM yang tengah diterpa berbagai tantangan. Dia menyebut salah satu faktor yang memengaruhi hal itu, yakni penurunan jumlah kelas menengah sehingga berdampak pada daya beli masyarakat dan pada sektor UMKM. "Kondisi tersebut berpotensi mempengaruhi kemampuan bayar UMKM, yang turut berdampak pada kualitas pengembalian dana," katanya kepada Kontan, Jumat (1/11).
Baca Juga: OJK Beri Sanksi Tertulis kepada 13 PUJK Atas Pelanggaran Perlindungan Konsumen Arthur menjelaskan sepanjang 2024, sebenarnya TWP90 Modalku terbilang cukup stabil. Jika dilihat rata-rata setiap bulannya, TWP90 Modalku berada di angka 2%. Lebih lanjut, Arthur menyampaikan Modalku akan terus berupaya menjaga kesehatan tingkat keberhasilan bayar dengan beragam strategi. Dia menegaskan pihaknya akan menjaga TWP90 tetap di bawah 5% pada akhir tahun ini, sesuai dengan standar institusi keuangan. "Harapannya, terus membaik dengan berbagai mitigasi risiko yang dijalankan," ujar Arthur. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati