KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
Fintech P2P
lending yang dinilai mampu memberikan kontribusi pada perekonomian digital membuat perannya semakin dibutuhkan. PT Investree Radhika Jaya misalnya, yang membantu Usaha Kecil Menengah (UKM) melalui mitranya dengan
e-commerce. Oleh karenanya, adapun nilai rata-rata penjualan yang diperoleh
borrower mengalami peningkatan yang signifikan, yakni lebih dari Rp 3 juta. Melalui riset yang dilakukan oleh Lembaga Demografi (LD) FEB UI, tercatat Investree mendukung seluruh UKM untuk mempertahankan bisnis di tengah pandemi.
Baca Juga: Teten Masduki dorong pelaku UMKM menggunakan pembayaran digital Associate Director LD FEB UI I Dewa Gede Karma Wisana menyebutkan, sejak mendapatkan pendanaan 56% pendapatan UKM naik siginfikan. sementara 44% lainnya melakukan
recruitment pekerjaan setelah meminjam dana di Investree. “Melihat hal ini,
fintech P2P
lending mempunyai kesempatan untuk mendukung perekonomian nasional, sehingga bisa memperluas wirausaha di berbagai sektor. Tak hanya itu, dari studi ini kami melihat
fintech lending dapat mendorong UKM dengan menghasilkan dampak yang positif melalui peningkatan omset, serta meningkatkan kesempatan kerja,” ujarnya dalam
virtual conference (2/7). Lanjut Dewa, adapun sektor industri yang memperoleh penghasilan besar setelah mengajukan pinjaman diantaranya ialah 58% sektor manufaktur, 52% jasa pelayanan, 51% sektor konstruksi, 50% sektor transportasi dan komunikasi, serta 38% lainnya
real estate. Untuk diketahui, Dewa bilang masing-masing pendapatan pada sektor ini meningkat tajam, 20% - 50%. “Melalui
survey yang dilakukan kepada 261 responden yang berlokasi di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebanyak 99% responden sepakat mengajukan pinjaman karena proses yang mudah. Selanjutnya, 94% percaya terhadap kredibilitas Investree, serta 93% lainnya karena proses yang tidak membutuhkan waktu lama. Melalui survei ini pula, kami melihat
fintech lending memiliki peran untuk membantu UKM sekaligus meningkatkan ekonomi digital di Indonesia,” tambah Dewa.
Baca Juga: Sediakan solusi manajemen akademik, fintech P2P lending Pintek gandeng Sevima Sementara itu
Co–Founder & CEO Investree Adrian Gunandi mengatakan, untuk mengantisipasi
borrower yang gagal bayar, pihaknya menggunakan alternatif data sebagai basis untuk mendapatkan portofolio risiko dari
borrower, khususnya UKM. Adrian bilang, pihaknya mengkombinasikan data tradisional maupun non tradisional seperti data dari
payment gateaway. Menurutnya, data tersebut dapat diolah sehingga bisa mengetahui risiko dari masing-masing
borrower. Tak hanya itu, dari sisi produk pihaknya fokus kepada
invoice financing. Dimana, produk tersebut sifatnya jangka pendek. “Kami telah melakukan mitigasi risiko seperti fokus kepada produk short term dan mengkombinasikan data tradisional maupun non tradisional. Oleh sebabnya, penting bagi
fintech untuk membangun
partnership dengan beberapa ekosistem. Hal ini merupakan dasar pertumbuhan Investree untuk mengurangi risiko yang ada,” ujar Adrian. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi