KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) mungkin tak berdampak langsung pada industri fintech P2P Lending. Hanya saja, industri tersebut mulai waspada mengingat pendana mereka atau kerap dikenal lender berasal dari bank maupun multifinance. Kondisi tersebut bisa memunculkan kemungkinan dimana lender mengharapkan imbal hasil yang besar. Sementara, bunga pinjaman fintech P2P lending dibatasi hanya 0,4% per hari. Itu berarti, para pemain fintech p2p lending harus melakukan upaya-upaya untuk mengatasi dampak tersebut, sebelum pada akhirnya banyak yang berguguran seperti kondisi tahun lalu. Mengingat, sepanjang tahun lalu ada 47 fintech yang berguguran dengan berbagai alasan.
Baca Juga: Pembayaran Imbal Hasil ke Lender Fintech Mulai Seret? Meskipun demikian, dari sisi penyaluran pinjaman baru, industri fintech lending masih mencatatkan pertumbuhan sekitar 28,50% secara tahunan per Agustus 2022. Nilainya telah mencapai Rp 19,22 triliun. CEO Akseleran Ivan Nikolas Tambunan bilang saat ini yang diperlukan oleh para pemain fintech P2P lending ialah mencari banyak pemberi pinjaman, sehingga tidak tergantung pada satu sumber. “Ke depannya dari lender mungkin ada ekspektasi untuk naikkan suku bunga mereka. Dalam hal demikian tentu kami jadi harus naikkan bunga juga ke peminjam,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (11/10). Namun, Ivan melihat efeknya tidak akan besar dikarenakan bunga fintech ke borrower sudah ada margin dan jika dinaikkan bisa tidak kompetitif lagi. Oleh karenanya, ia menyebut Akseleran tidak akan menaikkan bunga pinjamannya. Untuk saat ini, Ivan bilang lender masih bisa mendapatkan imbal hasil sekitar 10,5% per tahun. Ditambah, sumber pemberi pinjaman yang terdiversifikasi dengan 200.000 lebih pemberi pinjaman retail dan belasan pemberi pinjaman institusi. “Harapannya kami bisa terus dapatkan sumber dana yang kompetitif,” ujar Ivan. Sementara itu, CEO Danain Budiardjo Rustanto menyebut sedang mempersiapkan dampak dari kenaikan suku bunga sehingga masih melakukan penghitungan agar sebagai platform bisa tetap kompetitif baik dari sisi lender maupun borrower. “Otomatis kalau bunga lender naik maka bunga ke peminjam juga akan naik. Sekarang, bunga ke lender berkisar 8% - 10% per tahun,” ujar Budiardjo. Tak banyak berbeda, Co-Founder sekaligus CEO Modalku Reynold Wijaya bilang masih terus aktif melakukan pengawasan dan evaluasi secara ketat terkait dengan penyesuaian tersebut. Harapannya, minat pendana terjaga karena dinilai masih kompetitif dengan kisaran bunga. Sebagai informasi, saat ini secara umum, lender di Modalku bisa mendapatkan tingkat bunga sekitar 10 – 17% per tahunnya tergantung dengan preferensi dan toleransi risiko masing-masing pemberi pinjaman. Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah memandang kenaikan suku bunga acuan BI itu belum bakal berdampak langsung untuk saat ini. Alasannya, lender-lender dari bank tentunya memiliki beberapa kontrak yang memang belum berakhir. “Kalau sekarang langsung dinaikkan ya pasti nanti dampak juga ke segmen, disbursement,” ujarnya.
Baca Juga: Dorong Pengembangan UMKM, Ini yang Dilakukan OJK Kuseryansyah bilang meskipun saat ini lender dari bank juga cukup besar, ia berharap lender ritel juga mengalami kenaikan. Sehingga, ada diversifikasi pendanaan dari industri ini. Jika nantinya bunga lender meningkat, yang perlu mendapat perhatian ialah keberhasilan pengembalian dana untuk para lender ini. Mengingat, masih ada beberapa fintech P2P lending yang memiliki TKB90 di bawah 95%. Sebagai informasi, TKB90 adalah tingkat keberhasilan penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban pinjam meminjam dalam jangka waktu hingga 90 hari sejak tanggal jatuh tempo atau kerap dikenal TKB90. Ambil contoh, fintech P2P Lending iGrow yang memiliki TKB90 di level 93,71%. Ditambah, sudah banyak keluhan lender iGrow yang menghiasi kolom komentar aplikasi iGrow di Playstore karena tidak mendapatkan pengembalian dana. Juru Bicara iGrow Maretha bilang peminjam di iGrow yang bergerak di sektor pertanian memang mengalami beberapa kendala seperti cuaca yang tidak menentu, hama, kenaikan ataupun harga yang turun di pasaran sehingga mengalami keterlambatan bayar.
Baca Juga: Fintech P2P Lending Berupaya Tingkatkan Modal, Ini Kata Asosiasi “Beberapa proyek pendanaan sudah kami sampaikan solusinya melalui fitur informasi di aplikasi iGrow. Sedangkan untuk proyek lainnya masih dalam tahap penyelesain masalah dan verifikasi oleh tim collection kami,” ujarnya. Sebelumnya, Kusersyansyah juga pernah bilang kondisi ini bisa menjadi alasan terkait kebutuhan bersama perlunya asuransi atau penjaminan atas pinjaman. Sebab, selama ini penyelenggara bisa menawarkan opsi pinjamannya untuk di kaver asuransi atau penjaminan. ““Ini juga akan menjadi learning bagi platform terkait kehandalan credit scoringnya,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi