First Asia: IHSG rawan terkoreksi di awal pekan



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan rawan terkoreksi hari ini. Pasalnya, risiko pasar saham global kembali meningkat dan ekonomi domestik cenderung memburuk di tengah depresiasi nilai tukar rupiah.

David Nathanael, analis First Asia Capital memprediksi, IHSG pada perdagangan hari ini, Senin (21/9) akan cenderung terkoreksi dan bergerak dengan support 4.350- 4.300 dan resisten di 4.410- 4.440.

Pada perdagangan akhir pekan lalu, penguatan lanjutan IHSG tertahan di resisten 4.410 menyusul aksi ambil untung pemodal di tengah masih beresikonya iklim pasar. IHSG akhirnya tutup flat di 4.380,320 setelah sempat menguat 33 poin di sesi pertama.


David melihat resiko pasar kembali meningkat paska putusan The Fed yang kembali menahan suku bunga, terutama terkait ekspektasi atas pemburukan perekonoman global. "Pasar emerging market menghadapi meningkatnya risiko capital outflow," jelas David dalam riset yang diterima KONTAN, Senin (21/9).

Akhir pekan kemarin penjualan bersih asing di pasar saham mencapai Rp 464,03 miliar. Selama sepekan terakhir penjualan bersih asing di pasar saham mencapai Rp 1,67 triliun melanjutkan pekan sebelumnya yang mencapai Rp 1,82 triliun.

IHSG selama sepekan terakhir bergerak bervariasi dan berhasil menguat tipis 0,46% dan rupiah melanjutkan tren pelemahannya 1,1% di level 14.463 terhadap US dolar.

Menurut David , sentimen pasar yang menggerakkan IHSG pekan lalu terutama didominasi sentimen eksternal mengantisipasi putusan The Fed mengenai tingkat bunga.

Sementara Wall Street akhir pekan lalu merespon negatif putusan The Fed yang menahan tingkat bunganya menyusul meningkatnya kekhawatiran ancaman perlambatan ekonomi global yang bisa mempengaruhi proses pemulihan ekonomi AS.

Indeks DJIA dan S&P di Wall Street akhir pekan lalu koreksi masing-masing 1,74% dan 1,62% di 16384,58 dan 1958,03. Selama sepekan indeks DJIA dan S&P masing-masing koreksi 0,30% dan 0,15%. Sedangkan harga minyak mentah di AS akhir pekan lalu turun hampir 5% di USD44,68/barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie