First Media menggelar ekspansi bisnis data



JAKARTA. PT First Media Tbk (KBLV) mengalokasikan US$ 110 juta-US$ 120 juta untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini. Nilai ini naik 76% daripada realisasi capex tahun lalu berkisar US$ 67 juta hingga US$ 68 juta.

Presiden Direktur KBLV, Irwan Djaja, menjelaskan, perseroannya ingin mengembangkan bisnis layanan data. "Kami ekspansi di dua bidang, khususnya broadband, yakni broadband kabel (fiber optic) maupun nirkabel," ujar Irwan, Kamis (5/4).

KBLV akan memakai US$ 80 juta atau 67% total capex untuk membangun jaringan kabel dengan menambah home pass. Di tahun ini, KBLV akan menambah 250.000 home pass.


Jumlah itu naik daripada penambahan tahun lalu sebanyak 150.000 home pass yang menelan US$ 52 juta-US$ 54 juta. Dus, total home pass KBLV sebanyak 900.000 hingga akhir tahun ini. "Kami juga telah mendapatkan lisensi untuk menjalankan Broadband Wireless Access (BWA), yang dikenal dengan Wimax di zona I dan IV Indonesia," ujar Irwan. Wilayah tadi meliputi Jabodetabek, Bogor, Banten di tambah Sumatera bagian Utara, sampai ke Aceh.

Untuk membangun jaringan nirkabel, KBLV menyiapkan US$ 25 juta hingga US$ 30 juta. KBLV akan membangun menara base transceiver station (BTS). Di Jakarta dan sekitarnya, KBLV akan membangun 1.000 unit hingga 1.200 unit BTS. Seluruh proyek BTS diharapkan rampung Agustus 2012.

Sumber belanja modal

KBLV juga berekspansi ke Medan dan Aceh. Jaringan broadband KBLV diharapkan beroperasi pada kuartal ketiga tahun ini. "Kombinasi kedua broadband tersebut akan memberikan kami area broadband yang luas," ujar Irwan. Perseroan memang serius menggarap layanan broadband. Pasalnya, penetrasi broadband di Indonesia baru 2,5%. "Kami lihat peluangnya masih besar," ujar Irwan.

Mengenai sumber pendanaan belanja modal, perseroan akan mengambil dari arus kas. Menurut Irwan, secara berkelanjutan KBLV masih mendapatkan penerimaan rutin dari pelanggan. Sementara untuk mengembangkan BWA, selain dari arus kas, manajemen KBLV tengah mempertimbangkan pinjaman perbankan, maupun opsi di luar itu. "Kombinasi pendanaannya dari bank dan capital market," ujar Irwan.

Perseroan ini telah berbicara dengan beberapa bank, baik asing maupun lokal, yang siap menyokong pendanaannya. Dari pasar modal, KBLV belum menentukan pilihan antara obligasi atau rights issue.

Dengan ekspansi ini, KBLV ingin mencetak laba positif pada 2012. Sepanjang 2011, KBLV justru merugi Rp 44,21 miliar. Ini adalah kerugian yang diatribusikan ke pemilik entitas induk. Padahal tahun 2010, KBLV mencetak laba bersih Rp 41,92 miliar. "Kami berupaya bisa meraih laba di tahun ini. Banyak investasi kami di tahun lalu yang belum menghasilkan dan diharapkan dapat menghasilkan di tahun ini," tutur Irwan.

Analis Askap Futures, Kiswoyo Adi Joe, menilai ekspansi jaringan akan berdampak positif bagi kinerja KBLV. "First Media tentu mengincar banyak pelanggan, maka itu mereka ekspansi jaringan," ucap dia. Jaringan internet KBLV juga dinilai lebih kompetitif ketimbang layanan internet PT Telkom Tbk, yakni Speedy.

Sayang, saham KBLV kurang likuid. Kiswoyo menyarankan investor buy on weakness KBLV dengan target harga Rp 550-Rp 560 per saham. Harga saham KBLV, Kamis (5/4), turun 1,96% menjadi Rp 500 per saham. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: