First Media menggelar jaringan baru



JAKARTA. Persaingan bisnis televisi berbayar makin sengit dengan kehadiran sejumlah pemain anyar. Namun itu tak membuat PT First Media Tbk (KBLV) patah arang untuk menjaring pelanggan lebih banyak. Hingga kuartal I-2014, First Media sudah memiliki 669.000 pelanggan.

Sampai akhir tahun ini, perusahaan ini pasang target bisa menjaring 770.000 pelanggan. Dicky Moechtar, Direktur First Media menuturkan rencana tersebut sejalan dengan pembangunan infrastruktur dan jaringan baru yang tengah dilakoni perusahaan ini.

"Penambahan jumlah pelanggan sampai kuartal I-2014 capai 33.000 pelanggan," kata dia usai rapat umum pemegang saham (RUPS), Rabu (23/4). Dicky bilang, komposisi jumlah pelanggan ini seimbang antara pelanggan televisi (TV) berbayar dengan pelanggan internet. Adapun, posisi jumlah pelanggan perusahaan ini sampai akhir 2013 mencapai 636.000 pelanggan.


Menurut Dicky, sampai kuartal satu tahun ini, First Media telah membangun 65.000 homepass atau jaringan internet yang melewati perumahan dan 1.600 menara pemancar atau base transceiver station (BTS) baru. Targetnya, tahun ini perusahaan ini bisa membangun sebanyak 238.000 homepass serta 3.000 BTS sampai 3.500 BTS baru di area andalan perusahaan ini, yaitu wilayah Jabodetabek.

Sejatinya realisasi pembangunan homepass di kuartal I bisa lebih banyak. Soalnya, tidak semua homepass tersebut dibangun dengan menggunakan tiang penyangga. Ada beberapa homepass yang ditarik di bawah tanah (underground). Alhasil pembangunan homepass seperti ini biayanya bisa dua kali sampai tiga kali lebih mahal.

Meski enggan membeberkan berapa investasi dari belanja modalnya yang terserap sampai kuartal satu tahun ini, Dicky bilang, tahun ini, First Media menganggarkan belanja modal sebesar Rp 1 triliun-Rp 1,3 triliun. "Kami tidak punya angka pastinya. Tapi, hitungannya begini, investasi satu kabel homepass itu nilainya US$100," beber Dicky.

Dengan hitungan ini, artinya investasi yang telah dikucurkan untuk membangun homepass bisa mencapai US$ 6,5 juta. Sementara untuk pembangunan BTS sendiri secara total perusahaan akan mengucurkan dana sebesar 20% dari total belanja modal.

Masih di internet

Meski terbilang gencar mempromosikan siaran TV berbayar, untuk saat ini, bisnis internet masih menjadi tulang punggung utama pendapatan anak usaha Grup Lippo ini. Dicky memaparkan sebanyak 60% pendapatan perusahaan ini berasal dari bisnis internet. Lantas sekitar 30% dari TV berbayar, dan 10% berasal dari bisnis iklan, instalasi, dan yang lainnya.

Maklum saja, pendapatan rata-rata setiap pelanggan atau average revenue per user (ARPU) dari layanan internet ini bisa mencapai Rp 203.000. Sedangkan dari bisnis TV berbayar rata-rata cuma Rp 160.000 selama 2013 kemarin.

"Tahun ini kami usahakan agar ARPU bisa tumbuh 10%," tambah Richard Kartawijaya, Direktur First Media. Menurut Richard, penambahan ARPU ini mengikuti kenaikan biaya berlangganan First Media yang telah perusahaan ini terapkan sejak akhir tahun lalu yakni sebesar 10%. Meski biaya berlangganan dikerek, First Media tetap optimistis target kinerja tahun ini bisa tumbuh sebesar 22% dari pendapatan tahun lalu yang mencapai Rp 1,75 triliun.

"Kami masih optimistis bisa meraih target tersebut. Buktinya, setelah harga berlangganan naik pun, churn rate kami masih berada di kisaran 2,1% sampai 2,2%. Padahal, kami kira churn rate bakal mencapai 2,3%," ujar Richard.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie