JAKARTA. Kongres Amerika Serikat (AS) telah menyetujui Undang-Undang baru mengenai kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran belanja yang menjauhkan AS dari risiko terjadinya Fiscal Cliff. Langkah ini membawa angin segar bagi ekonomi AS dan berdampak pada global dan Indonesia. Tapi, di sisi lain Indonesia masih perlu waspada karena permasalahan di AS belum seluruhnya lewat.Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan sebenarnya pemerintah belum melihat bahwa permasalahan di AS sudah lewat. Pasalnya, persetujuan dalam kongres AS masih ada yang sifatnya berupa penundaan.Agus bilang, di satu sisi keputusan politik AS bahwa jurang fiskal bisa dihindari pada awal Januari berdampak positif bagi dunia termasuk Indonesia. Sebab, dengan keputusan tersebut maka kekhawatiran adanya gangguan di pasar global tidak akan terjadi. Tapi, "Kita harus tetap mewaspadai karena ada penundaan dua bulan terkait dengan belanja yang harus diperhatikan," jelasnya Kamis (3/1).Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menambahkan, kesepakatan kongres AS ini mengisyaratkan bahwa negeri Paman Sam ini tak ingin jurang fiskal benar-benar terjadi. Dengan kata lain, Bambang bilang AS tak ingin ekonominya jatuh ke jurang resesi. Nah, "(kesepakatan kongres AS) Itu penting untuk mencegah supaya (resesi) tidak terjadi, tapi mereka butuh waktu lagi untuk mencapai kesepakatan yang diterima dua belah pihak (Partai Republik dan Partai Demokrat)," katanya.Agus menuturkan, pengaruh krisis ekonomi global sudah mulai terasa di Indonesia pada akhir tahun 2012. Ini ditandai dengan penurunan harga komoditas global yang berdampak pada melorotnya kinerja ekspor nasional. Akibatnya, secara keseluruhan juga berpengaruh pada ekonomi Indonesia. Makanya, di tahun 2013 ini, Agus berharap Indonesia harus fokus pada inisiatif untuk menumbuhkan ekonomi secara inklusif. Untuk mewujudkannya, "Perlu ada usaha yang besar untuk meyakinkan investasi terus bergerak di Indonesia, dan perbaikan infrastruktur harus terus berjalan," katanya.Seperti diketahui, Kongres AS akhirnya menyetujui undang-undang baru kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran belanja untuk menghindari jurang fiskal. Setidaknya ada 10 poin penting dalam UU tersebut. Diantaranya, menunda pemangkasan otomatis selama dua bulan, dan menaikkan pendapatan negara sebanyak US$ 620 miliar dalam 10 tahun melalui serangkaian kenaikan pajak untuk orang kaya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Fiscal cliff baru terpecahkan sementara
JAKARTA. Kongres Amerika Serikat (AS) telah menyetujui Undang-Undang baru mengenai kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran belanja yang menjauhkan AS dari risiko terjadinya Fiscal Cliff. Langkah ini membawa angin segar bagi ekonomi AS dan berdampak pada global dan Indonesia. Tapi, di sisi lain Indonesia masih perlu waspada karena permasalahan di AS belum seluruhnya lewat.Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan sebenarnya pemerintah belum melihat bahwa permasalahan di AS sudah lewat. Pasalnya, persetujuan dalam kongres AS masih ada yang sifatnya berupa penundaan.Agus bilang, di satu sisi keputusan politik AS bahwa jurang fiskal bisa dihindari pada awal Januari berdampak positif bagi dunia termasuk Indonesia. Sebab, dengan keputusan tersebut maka kekhawatiran adanya gangguan di pasar global tidak akan terjadi. Tapi, "Kita harus tetap mewaspadai karena ada penundaan dua bulan terkait dengan belanja yang harus diperhatikan," jelasnya Kamis (3/1).Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menambahkan, kesepakatan kongres AS ini mengisyaratkan bahwa negeri Paman Sam ini tak ingin jurang fiskal benar-benar terjadi. Dengan kata lain, Bambang bilang AS tak ingin ekonominya jatuh ke jurang resesi. Nah, "(kesepakatan kongres AS) Itu penting untuk mencegah supaya (resesi) tidak terjadi, tapi mereka butuh waktu lagi untuk mencapai kesepakatan yang diterima dua belah pihak (Partai Republik dan Partai Demokrat)," katanya.Agus menuturkan, pengaruh krisis ekonomi global sudah mulai terasa di Indonesia pada akhir tahun 2012. Ini ditandai dengan penurunan harga komoditas global yang berdampak pada melorotnya kinerja ekspor nasional. Akibatnya, secara keseluruhan juga berpengaruh pada ekonomi Indonesia. Makanya, di tahun 2013 ini, Agus berharap Indonesia harus fokus pada inisiatif untuk menumbuhkan ekonomi secara inklusif. Untuk mewujudkannya, "Perlu ada usaha yang besar untuk meyakinkan investasi terus bergerak di Indonesia, dan perbaikan infrastruktur harus terus berjalan," katanya.Seperti diketahui, Kongres AS akhirnya menyetujui undang-undang baru kenaikan pajak dan pemangkasan anggaran belanja untuk menghindari jurang fiskal. Setidaknya ada 10 poin penting dalam UU tersebut. Diantaranya, menunda pemangkasan otomatis selama dua bulan, dan menaikkan pendapatan negara sebanyak US$ 620 miliar dalam 10 tahun melalui serangkaian kenaikan pajak untuk orang kaya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News