KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memanfaatkan sumber daya laut memang harus menjaga kelestariannya. Dengan cara itu kita semua bisa mewariskan sumber daya laut bagi anak cucu.
Saat ini sebagian nelayan sudah sadar menggunakan alat tangkap ramah lingkungan dalam mencari hasil laut. Lantas setelah sadar lingkungan bagaimana cara mengapresiasinya?
Hal inilah yang menggerakkan Sudarsono merintis Fish n Blues pada 2013 silam. Fish n Blues merupakan brand dari produk hasil laut yang dikeluarkan oleh PT Samudera Eco Anugrah (SEA). Produk tersebut menjamin asal usul bahan baku didapatkan dengan cara yang ramah lingkungan.
Dengan jaminan produk ramah lingkungan ini, Sudarsono Founder Fish n Blues ingin nelayan punya nilai lebih. Artinya buah dari cara tangkap yang ramah lingkungan, yakni tak lagi memakai potas atau bom, harus mendapat apresiasi.
Fish n Blues memperoleh bahan baku ikan produk hasil laut yang ramah tangkap itu dari nelayan yang dibina lembaga swadaya masyarakat WWF Indonesia, di beberapa daerah seperti Aceh, Sulawesi, Jawa Tengah, dan Maluku.
Kini produk Fish n Blues tak hanya hasil laut tapi juga hasil budidaya laut. Sementara produk perikanan tangkap seperti ikan karang, tuna, kepiting, kerang-kerangan. Sedangkan produk budidaya seperti udang windu, pangasius (sejenis ikan patin), udang vanamei.
Tak hanya dalam bentuk segar, Fish n Blues juga sediakan produk olahan, seperti bakso tuna, spread tuna, bakso dori, bakso pangasius. Pelanggan Fish n Blues datang dari bisnis kuliner, hotel dan masyarakat umum. Saat ini total ada sekitar 56 hotel, restoran, dan reseller.
"Sebulan ada sekitar 850 kg sampai 1,2 ton. Harga kami memang lebih mahal dari yang lain karena kami ingin mengapresiasi nelayan yang sudah ramah tangkap menjaga lingkungan," imbuhnya. Harga produk Fuish n Blue beragam mulai dari Rp 50.000 - Rp 300.000
Konsumen yang ingin memesan produk Fish n Blues bisa melalui instagram@fishnblues_id yang mencantumkan kontak. Selai itu pembelian juga bisa melalui website.
Sudarsono bilang saat ini Fish n Blues ingin memaksimalkan penjualan terlebih dulu, sebelum ekspansi penjualan dengan membuat aplikasi. Karenanya, saat ini jangkauan marketing Fish n Blues masih di Jabodetabek.
Sudarsono menyebut dengan menjual lebih mahal, menjadi kan produk Fish n Blues kalah bersaing. Memang ada permintaan ekspor yang datang ke Fish n Blues. Sayangnya kemampuan untuk memasok pasar ekspor belum mumpuni.
"Kami belum ekspor, karena untuk memenuhi bukan perkara mudah," jelasnya. Meskipun demikian, saat ini Fish n Blues fokus pada sistem marketing business to business (B2B), dengan menargetkan bisa masuk ke 100 hotel dan restoran selama 2020.
Ia menyebut bagi hasil atawa shared profit dengan nelayan saat ini mulai 10% sampai 50%. "Kami kan ini sociopreneur jadi bukan profit oriented," jelasnya.
Saat ini Fish N Blues miliki tempat penyimpanan produk di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Selain itu penjualan ritel lewat Sayur Box. "Kami terbuka bekerjasama dengan start up lain," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News