KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Kabupaten Trenggalek bekerjasama dengan startup teknologi fishOn mengembangkan Pogram Satu Juta Nelayan Berdaulat Trenggalek. Program ini merupakan upaya mengentaskan kemiskinan di pesisir, khususnya nelayan tangkap dan menyasar nelayan kecil dengan kapal berukuran di bawah 10 gross ton. Program Satu Juta Nelayan Berdaulat Trenggalek diluncurkan oleh Bupati Trenggalek H Mochamad Nur Arifin pada Kamis (24/9) berbarengan dengan peresmian Gerai Nelayan Berdaulat Prigi. Program ini menitikberatkan pada 3 (tiga) masalah utama nelayan kecil, yaitu permodalan, teknologi penangkapan ikan dan pemasaran. fishOn sebagai startup teknologi menggandeng Bank BNI, Komunal dan PNM Mekaar sebagai solusi permodalan. “Kita tahu akses permodalan selalu menjadi kendala utama untuk nelayan dapat dikatakan berdaulat. Ketergantungan dengan pinjaman modal dari sektor keuangan informal seperti tengkulak dan rentenir serta sistem ‘ijon’, membuat para nelayan kecil tidak memiliki posisi tawar pada saat menjual hasil tangkap mereka," kata Bupati Arifin dalam press rilis yang diterima Kontan.co.id, Kamis (24/9).
FishOn dan Kabupaten Trenggalek berkolaborasi mendorong nelayan go-digital
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Kabupaten Trenggalek bekerjasama dengan startup teknologi fishOn mengembangkan Pogram Satu Juta Nelayan Berdaulat Trenggalek. Program ini merupakan upaya mengentaskan kemiskinan di pesisir, khususnya nelayan tangkap dan menyasar nelayan kecil dengan kapal berukuran di bawah 10 gross ton. Program Satu Juta Nelayan Berdaulat Trenggalek diluncurkan oleh Bupati Trenggalek H Mochamad Nur Arifin pada Kamis (24/9) berbarengan dengan peresmian Gerai Nelayan Berdaulat Prigi. Program ini menitikberatkan pada 3 (tiga) masalah utama nelayan kecil, yaitu permodalan, teknologi penangkapan ikan dan pemasaran. fishOn sebagai startup teknologi menggandeng Bank BNI, Komunal dan PNM Mekaar sebagai solusi permodalan. “Kita tahu akses permodalan selalu menjadi kendala utama untuk nelayan dapat dikatakan berdaulat. Ketergantungan dengan pinjaman modal dari sektor keuangan informal seperti tengkulak dan rentenir serta sistem ‘ijon’, membuat para nelayan kecil tidak memiliki posisi tawar pada saat menjual hasil tangkap mereka," kata Bupati Arifin dalam press rilis yang diterima Kontan.co.id, Kamis (24/9).