KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri mi instan tak pernah sepi akan pemain baru. Produk makanan ini telah dijajakan dalam berbagai segmen pasar yang ada di Indonesia. Sehingga tak heran, banyak produsen makanan yang mulai melirik produk makanan instan tersebut. Seperti brand baru mi instan Fit Mee yang diluncurkan oleh PT Fit Indonesia Tama (FIT) baru-baru ini. Christopher Tanuwidjaja,
co-founder perusahaan ini membeberkan betapa pasar mi instan di Indonesia terus berkembang pesat. "Seiring dengan peningkatan akan produk
fast moving consumer goods (FMCG) juga, apalagi ditunjang jumlah populasi masyarakat Indonesia," kata Christopher saat ditemui pada peluncuran produk Fit Mee, Rabu (9/5).
Fit Mee digadang-gadang sebagai mi instan sehat yang rendah kalori, Christopher pun menjelaskan segmen pasar yang dipatok produk ini ialah
middle up. "Kami pun saat ini baru menjual lewat
online store dulu, kami akan
boost marketing campaign," terangnya. Christopher mengaku market mi instan di Indonesia sangat berlimpah. Merujuk pada data World Instant Noodles Association, permintaan mi instan di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 12,62 miliar bungkus, turun sedikit dibandingkan tahun sebelumnya 13,01 miliar bungkus. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai posisi kedua negara pengonsumsi mi instan terbesar setelah China. "Bayangkan dengan
market sebesar itu, jika kami dapat kuasai 10% saja dari
market share sudah luar biasa," ungkap Christopher. Adapun saat ini PT FIT masih menjajaki promosi lewat berbagai kanal, khususnya menyasar
event-event yang bertemakan anak muda. Manajemen mengaku, sejak diluncurkan awal Mei tahun ini, rata-rata perusahaan menerima 100-120 order per harinya. Pembeli saat ini hanya dapat melakukan pemesanan Fit Mee dengan paket 2 bungkus, 6 bungkus dan 24 bungkus atau 1 boks. Saat ini order penjualan yang paling banyak, kata Christopher, pada pesanan 6 bungkus. PT FIT memproduksi mi instan tersebut mengandalkan jasa maklon PT Quindofood yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat. Beberapa bahan baku, diakui Christopher, diperoleh langsung dari grup Rodamas yakni grup usaha miliknya sendiri. Meski demikian, Christopher menekankan bahwa pendirian usaha dan PT FIT ini tidak terkait langsung dengan grup Rodamas. "Ini inisiasi pribadi bersama teman-teman," ujar Christopher yang juga menjabat sebagai komisaris Rodamas. Saat ini produksi Fit Mee sudah mencapai 500.000 boks untuk penjualan tiga bulan ke depan. Christopher mengatakan kapasitas produksi masih dapat ditingkatkan seiring bertambahnya permintaan. Sekadar informasi, sekitar 20 perusahaan memproduksi mi instan dari skala kecil hingga besar. Diantaranya nama-nama besar produsen mi instan tersebut ialah Indofood, Wings Food, Nissin, ABC, Delifood. Namun sejauh ini pemimpin pangsa pasar masih dipegang oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang menguasai hampir 72% brand utama mi instan di Indonesia.
Mengenai persaingan tersebut, Christopher merasa tak khawatir lantaran FIT menampilkan produk yang berbeda dari yang pernah ada sebelumnya. "Sebab produk sejenis seperti yang kami punya ini sebelumnya tidak ada," tuturnya. Inovasi tersebut menjadi salah satu kunci dalam mengamankan pasar produk makanan instan ini. Sribugo Suratmo, Kepala Divisi Komunikasi PT Mayora Indah Tbk (MYOR) pun tak mengelak akan hal tersebut. "Kalau ingin bertahan produsen harus inovasi rasa, selain promosi," ujar Sribugo. Mayora yang dikenal sebagai produsen makanan ringan dan biskuit, baru memulai produksi mi instan di awal 2016 lalu dengan
brand Bakmie Mewah yang juga menyasar segmen
middle up. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati