LONDON. Lembaga pemeringkat Fitch Rating mencatat beberapa bank besar di Uni Eropa terkoneksi dengan negara-negara berkembang yang dianggap rapuh. Negara berkembang ini dikenal dengan istilah Fragile 8.Negara yang termasuk dalam Fragile 8 adalah Brasil, India, Indonesia, Turki, Afrika Selatan, Argentina, Rusia, dan Chili. Fitch melihat, negara berkembang ini rentan terimbas dengan reaksi investor terkait kebijakan pengetatan ekonomi di Amerika Serikat.Banco Satander merupakan salah satu bank terbesar Uni Eropa yang paling terekspose dengan negara Fragile 8 lantaran memiliki cabang di Brasil, Argentina, dan Chili. Dalam rilis resminya, Fitch mencatat, eksposurenya setara dengan 370% dari Fitch core Capital (FCC) per akhir semester I-2013 lalu. Meski begitu, bisnis Santander di negara-negara berkembang ini dianggap cukup kuat menghadapi guncangan kredit karena diversifikasi geografis, bisnis retail yang menguntungkan, serta rekam jejak yang kuat. Santander mendapat 23% keuntungan tahun 2013 dari Brasil. Sedangkan sisanya tersebar di berbagai kawasan seperti Eropa, Inggris, Amerika Serikat, dan Amerika Latin. Negara asalnya, Spanyol, hanya menyumbang 7% untuk laba. Beberapa bank Eropa lainnya kemungkinan menghadapi risiko lebih kecil. BBVA misalnya memiliki kepemilikan saham 25% di Garanti Bank di Turki, serta mayoritas anak usaha di Chili dan Argentina. Eksposurenya di kisaran 114% terhadap FCC.Standard Chartered memiliki keterkaitan dengan negara Fragile 8 karena cabangnya yang kuat di India dan Indonesia, dengan tingkat eksposure 111%.Sedangkan Barclays terkait dengan Afrika Selatan lewat anak usahanya Absa Bank Limited. Unicredit memiliki operasi di Turki dan Rusia. Eksposure volatilitas dari negara-negara berkembang ini diperhitungkan juga dalam menilai peringkat kredit dan profil korporasi. Fitch melihat, bank raksasa Uni Eropa ini bisa mengelola risiko di negara berkembang tersebut. Namun, bisa saja risikonya tidak begitu terlihat karena angka eksposure tersebut tidak ikut menggambarkan interkoneksi di berbagai negara berkembang. Ambil contoh, HSBC hanya memiliki eksposure setara dengan 60%, padahal bisnis internasional HSBC terbilang luas. Itu karena paparan negara berkembang terhadap kantor perwakilan HSBC di Hong Kong tidak dihitung. Hal ini juga terjadi pada Standard Charetered dan beberapa bank lain.
Fitch: Bank besar Eropa terekspos negara Fragile 8
LONDON. Lembaga pemeringkat Fitch Rating mencatat beberapa bank besar di Uni Eropa terkoneksi dengan negara-negara berkembang yang dianggap rapuh. Negara berkembang ini dikenal dengan istilah Fragile 8.Negara yang termasuk dalam Fragile 8 adalah Brasil, India, Indonesia, Turki, Afrika Selatan, Argentina, Rusia, dan Chili. Fitch melihat, negara berkembang ini rentan terimbas dengan reaksi investor terkait kebijakan pengetatan ekonomi di Amerika Serikat.Banco Satander merupakan salah satu bank terbesar Uni Eropa yang paling terekspose dengan negara Fragile 8 lantaran memiliki cabang di Brasil, Argentina, dan Chili. Dalam rilis resminya, Fitch mencatat, eksposurenya setara dengan 370% dari Fitch core Capital (FCC) per akhir semester I-2013 lalu. Meski begitu, bisnis Santander di negara-negara berkembang ini dianggap cukup kuat menghadapi guncangan kredit karena diversifikasi geografis, bisnis retail yang menguntungkan, serta rekam jejak yang kuat. Santander mendapat 23% keuntungan tahun 2013 dari Brasil. Sedangkan sisanya tersebar di berbagai kawasan seperti Eropa, Inggris, Amerika Serikat, dan Amerika Latin. Negara asalnya, Spanyol, hanya menyumbang 7% untuk laba. Beberapa bank Eropa lainnya kemungkinan menghadapi risiko lebih kecil. BBVA misalnya memiliki kepemilikan saham 25% di Garanti Bank di Turki, serta mayoritas anak usaha di Chili dan Argentina. Eksposurenya di kisaran 114% terhadap FCC.Standard Chartered memiliki keterkaitan dengan negara Fragile 8 karena cabangnya yang kuat di India dan Indonesia, dengan tingkat eksposure 111%.Sedangkan Barclays terkait dengan Afrika Selatan lewat anak usahanya Absa Bank Limited. Unicredit memiliki operasi di Turki dan Rusia. Eksposure volatilitas dari negara-negara berkembang ini diperhitungkan juga dalam menilai peringkat kredit dan profil korporasi. Fitch melihat, bank raksasa Uni Eropa ini bisa mengelola risiko di negara berkembang tersebut. Namun, bisa saja risikonya tidak begitu terlihat karena angka eksposure tersebut tidak ikut menggambarkan interkoneksi di berbagai negara berkembang. Ambil contoh, HSBC hanya memiliki eksposure setara dengan 60%, padahal bisnis internasional HSBC terbilang luas. Itu karena paparan negara berkembang terhadap kantor perwakilan HSBC di Hong Kong tidak dihitung. Hal ini juga terjadi pada Standard Charetered dan beberapa bank lain.