SINGPURA. Fitch Ratings telah memberi peringkat final terhadap obligasi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (Japfa, BB-/Stable) di 'BB-'. Obligasi sejumlah USD 225 juta dengan kupon 6% akan jatuh tempo di 2018, diterbitkan oleh Comfeed Finance B.V. dan dijamin oleh Japfa. Tindakan pemeringkatan ini menyusul diterimanya dokumentasi final yang secara garis besar sesuai dengan informasi yang telah diterima sebelumnya. Peringkat final ini sesuai dengan peringkat ekspektasi yang diberikan pada tanggal 17 April 2013. Japfa berencana untuk menggunakan 55,6% dari hasil obligasi untuk membiayai kembali hutang bank, dan sisanya untuk mendanai belanja modal dan untuk keperluan umum korporat. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Kepemimpinan pasar: Peringkat mencerminkan posisi Japfa sebagai pemasok pakan ternak dan day-old-chick (DOC) terbesar kedua di Indonesia berdasarkan pangsa pasar dan rekam jejaknya yang sudah mapan. Hal ini memberikan perusahaan fleksibilitas untuk membebankan kenaikan harga bahan baku dan fluktuasi mata uang asing kepada konsumen, dan menjaga marjin keuntungan. Japfa juga memperoleh keuntungan dari biaya pembelian yang lebih rendah dibandingkan perusahaan lain, karena sekitar 70% dari kebutuhan jagung diperoleh dari dalam negeri. Periode investasi tinggi: Japfa memasuki periode dengan investasi yang tinggi dimana perusahaan menganggarkan belanja modal sekitar Rp 3,9 triliun untuk 2 tahun ke depan. Sekitar 40% dari belanja modal ini dialokasikan untuk ekspansi pembibitan DOC, yang juga akan menyebabkan peningkatan kapasitas produksi pakan. Japfa berekspektasi kapasitas DOC dan pakan ternak akan meningkat masing-masing 34% dan 19% di akhir tahun 2014. Fitch memandang positif rencana ekspansi perusahaan dengan mempertimbangkan permintaan produk unggas di Indonesia yang terus meningkat, dan pentingnya ekspansi ini untuk Japfa mempertahankan pangsa pasarnya. Karena sebagian besar investasi akan didanai oleh hutang, Fitch berekspektasi rasio hutang- yang diukur dengan net debt/ EBITDA akan meningkat menjadi di atas 2,5x dalam jangka waktu 24 bulan ke depan (2012: 1,9x). Fitch memandang positif atas kemampuan perusahaan dalam mengurangi rencana investasi jika diperlukan dan profil jatuh tempo hutang yang terdiversifikasi dimana sebagian besar hutang baru akan jatuh tempo di tahun 2017. Seiring dengan beroperasinya investasi baru tersebut, Fitch berekspektasi rasio hutang perusahaan akan turun menjadi 2,5x; dan perusahaan dapat menjaga profil keuangan yang sesuai dengan peringkatnya. Resiko industri yang melekat: Peringkat dibatasi oleh volatilitas dari harga komoditas sebagai bahan baku utama, dan sensitivitas usaha terhadap merebaknya penyakit. Meskipun demikian, fleksibilitas dalam membebankan kenaikan harga bahan baku dan langkah-langkah perusahaan dalam memperbaiki health security beserta lokasi pembibitan unggas yang terdiversifikasi adalah faktor penting yang dapat memitigasi resiko tersebut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Fitch beri rating BB- untuk obligasi Japfa Comfeed
SINGPURA. Fitch Ratings telah memberi peringkat final terhadap obligasi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (Japfa, BB-/Stable) di 'BB-'. Obligasi sejumlah USD 225 juta dengan kupon 6% akan jatuh tempo di 2018, diterbitkan oleh Comfeed Finance B.V. dan dijamin oleh Japfa. Tindakan pemeringkatan ini menyusul diterimanya dokumentasi final yang secara garis besar sesuai dengan informasi yang telah diterima sebelumnya. Peringkat final ini sesuai dengan peringkat ekspektasi yang diberikan pada tanggal 17 April 2013. Japfa berencana untuk menggunakan 55,6% dari hasil obligasi untuk membiayai kembali hutang bank, dan sisanya untuk mendanai belanja modal dan untuk keperluan umum korporat. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Kepemimpinan pasar: Peringkat mencerminkan posisi Japfa sebagai pemasok pakan ternak dan day-old-chick (DOC) terbesar kedua di Indonesia berdasarkan pangsa pasar dan rekam jejaknya yang sudah mapan. Hal ini memberikan perusahaan fleksibilitas untuk membebankan kenaikan harga bahan baku dan fluktuasi mata uang asing kepada konsumen, dan menjaga marjin keuntungan. Japfa juga memperoleh keuntungan dari biaya pembelian yang lebih rendah dibandingkan perusahaan lain, karena sekitar 70% dari kebutuhan jagung diperoleh dari dalam negeri. Periode investasi tinggi: Japfa memasuki periode dengan investasi yang tinggi dimana perusahaan menganggarkan belanja modal sekitar Rp 3,9 triliun untuk 2 tahun ke depan. Sekitar 40% dari belanja modal ini dialokasikan untuk ekspansi pembibitan DOC, yang juga akan menyebabkan peningkatan kapasitas produksi pakan. Japfa berekspektasi kapasitas DOC dan pakan ternak akan meningkat masing-masing 34% dan 19% di akhir tahun 2014. Fitch memandang positif rencana ekspansi perusahaan dengan mempertimbangkan permintaan produk unggas di Indonesia yang terus meningkat, dan pentingnya ekspansi ini untuk Japfa mempertahankan pangsa pasarnya. Karena sebagian besar investasi akan didanai oleh hutang, Fitch berekspektasi rasio hutang- yang diukur dengan net debt/ EBITDA akan meningkat menjadi di atas 2,5x dalam jangka waktu 24 bulan ke depan (2012: 1,9x). Fitch memandang positif atas kemampuan perusahaan dalam mengurangi rencana investasi jika diperlukan dan profil jatuh tempo hutang yang terdiversifikasi dimana sebagian besar hutang baru akan jatuh tempo di tahun 2017. Seiring dengan beroperasinya investasi baru tersebut, Fitch berekspektasi rasio hutang perusahaan akan turun menjadi 2,5x; dan perusahaan dapat menjaga profil keuangan yang sesuai dengan peringkatnya. Resiko industri yang melekat: Peringkat dibatasi oleh volatilitas dari harga komoditas sebagai bahan baku utama, dan sensitivitas usaha terhadap merebaknya penyakit. Meskipun demikian, fleksibilitas dalam membebankan kenaikan harga bahan baku dan langkah-langkah perusahaan dalam memperbaiki health security beserta lokasi pembibitan unggas yang terdiversifikasi adalah faktor penting yang dapat memitigasi resiko tersebut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News