WASHINGTON. Dua bulan lalu, Fitch Ratings menyebut Presiden Donald Trump sebagai ancaman bagi stabilitas ekonomi Amerika Serikat (AS) dan dunia. Kini, Fitch berubah pandangan dan menyebut kebijakan Trump merupakan pro pertumbuhan ekonomi AS.

Laporan Fitch yang dirilis pada Selasa (11/4) mengubah peringkat surat utang AS dengan label AAA. Perubahan ini mengacu pada prospek pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

Fitch memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB AS yang sebesar 2,3% pada 2016 akan mendaki menjadi 2,6% pada tahun 2018. Prediksi ini lebih baik daripada pertumbuhan PDB sebesar 1,6% di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama.

Berubahnya proyeksi ekonomi AS, menurut Fitch, karena agenda ekonomi Presiden Trump pro pada pertumbuhan ekonomi. Analis Fitch Charles Seville menjelaskan bahwa iklim bisnis di AS dapat mencapai kinerja terbaik di era Trump.

"Pemerintah baru fokus pada deregulasi dan pemotongan pajak. Pajak yang lebih ringan akan mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan sehingga menaikan tingkat kepercayaan diri pebisnis. Ini mendorong hal positif bagi pertumbuhan ekonomi," terang Seville seperti dikutip CNBC, kemarin.

Melunak

Sebagai perbanding, laporan terbaru Fitch ini jauh berbeda dengan laporan sebelumnya. Dua bulan lalu, lembaga pemeringkat tersebut menyebut Pemerintahan Trump akan menimbulkan risiko tinggi terhadap ekonomi AS dan fundamental kredit global.

Bahkan, dahulu Fitch menyebut Trump sebagai ancaman. Alasan Fitch kala itu, Trump membuat kebijakan yang dinilai tak bisa diduga sehingga menciptakan ancaman dan berpotensi menimbulkan perubahan drastis yang terjadi secara tiba-tiba.

Semua gangguan tersebut dinilai dapat menimbulkan ancaman penurunan peringkat kredit ke negara mitra dagang AS. Fitch juga sempat khawatir saat Trump membentuk agenda proteksionis dengan rencana mengerek tarif impor yang dapat memicu perang dagang internasional.

Belakangan, sikap Trump melunak yang tercermin lewat pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping. Tapi, ancaman tetap ada bagi ekonomi AS. Sumber ancaman yakni tumpukan utang AS yang telah mencapai tingkat berbahaya.

Editor: Rizki Caturini