Fitch dongkrak peringkat KIJA menjadi B+



JAKARTA. Di tengah tingginya lonjakan beban keuangan, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) diguyur sentimen positif. Lembaga pemeringkat global, Fitch Ratings menaikkan peringkat (rating) jangka panjang issuer default rating (IDR) KIJA dari B menjadi B+ dengan prospek stabil.

Saat bersamaan, Fitch juga mendongkrak rating utang senior KIJA senilai US$ 175 juta dari B menjadi B+ dengan recovery rating RR4. Fitch juga memberikan peringkat utang senior tidak dijamin KIJA di B+.

Keputusan Fitch mengatrol rating terkait erat dengan kemajuan positif bisnis pembangkit listrik (power plant) berbahan bakar gas yang dijalankan KIJA. Awal Januari 2013, KIJA resmi mengoperasikan power plant pertama berkapasitas 130 megawatt (MW) yang dikelola anak usahanya, PT Bekasi Power Plant (BPP).


Penjualan listrik dilakukan berdasarkan perjanjian jangka panjang off-take selama 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Tim analis Fitch menghitung, kontrak dengan PLN akan meningkatkan kontribusi laba berkelanjutan (recurring income) terhadap laba sebelum beban bunga, pajak dan penyusutan (EBITDA) tahuh ini menjadi 25% dari tahun 2012 sebanyak 7%. "Fitch berpendapat bahwa EBITDA dari sumber recurring itu akan cukup untuk memenuhi pembayaran beban bunga di tahun 2013 dan (tahun) selanjutnya," tulis Fitch, Jumat (5/7).

Kenaikan porsi recurring income terbilang wajar, mengingat saban tahun, KIJA akan mendapat pendapatan senilai US$ 105 juta dari penjualan listrik ke PLN. Namun, pendapatan itu baru diperoleh maksimal, jika utilisasi power plant KIJA minimal mencapai 90%. "KIJA sudah on the right track karena hingga bulan Mei, utilisasi power plant mencapai 93%," kata Salman Fajari Alamsyah, analis Bahana Securities.

Keberhasilan KIJA mencapai syarat minimal utilisasi yang ditetapkan PLN berimbas positif pada perolehan pendapatan. Di kuartal I-2013, bisnis power plant sudah memberikan tambahan pendapatan Rp 250 miliar.

Efeknya, penjualan dan pendapatan jasa KIJA di Januari-Maret 2013 mencapai Rp 753,27 miliar, tumbuh 198,42% dibandingkan periode sama 2012 yang masih Rp 252,41 miliar. Laba bersih KIJA bahkan terdongkrak lebih tinggi yakni 280,1% year on year (yoy) menjadi Rp 199,91 miliar di akhir Maret 2013.

Utang terbilang gemuk

Kendati kinerjanya terbilang moncer, KIJA tetap menghadapi hambatan berat terutama dari sisi tanggungan utang yang kian menggunung. Total kewajiban KIJA per 31 Maret 2013 mencapai Rp 3,28 triliun.

Kondisi ini berimbas pada lonjakan beban keuangan yang harus dibayarkan KIJA. Per akhir Maret 2013, beban keuangan KIJA sudah menyentuh Rp 66,98 miliar, alias naik 144,84% dari periode yang sama tahun 2012.

Tingginya lonjakan beban utang salah satunya disebabkan oleh mahalnya bunga obligasi yang diterbitkan anak usaha KIJA, Jababeka international B.V (JIBV). Pada 26 Juli 2012, JIBV menerbitkan obligasi (guaranteed senior notes) senilai US$ 175 juta dengan kupon 11,75%, yang akan jatuh tempo tahun 2017. Beruntung, Fitch kini meningkatkan rating utang KIJA. Ini akan menjadi daya tarik obligasi baru senilai US$ 350 juta yang juga akan diterbitkan oleh JIBV. "Setidaknya, tingkat bunga obligasi yang diterbitkan KIJA bisa lebih rendah dari obligasi sebelumnya," jelas Salman.

Berdasarkan prospektus yang dirilis beberapa waktu lalu, KIJA memang akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi itu untuk membiayai kembali (refinancing) surat utang yang lama. Tingkat kupon ditetapkan maksimal sebesar 10%.

Kendati begitu, KIJA diyakini mampu mengimbangi tingginya beban keuangan itu. Salman masih merekomendasikan beli saham KIJA dengan target Rp 445. Kemarin, harga KIJA naik 1,47% menjadi Rp 345.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yuwono Triatmodjo