JAKARTA. Perusahaan pemeringkat, Moody's Investors Services dan Fitch Ratings masih mempertahankan rating emiten properti di Indonesia meski tekanan di bisnis ini membesar. Kedua perusahaan rating tersebut memperkirakan, hasil penjualan pengembang properti akan akan lebih rendah di 2014. Moody's memperkirakan, pertumbuhan pendapatan pengembang akan menurun menjadi 17% di 2014, dari 21% di 2013. Penurunan pertumbuhan ini karena adanya pengetatan kredit kepemilikan rumah (KPR), perlambatan ekonomi, dan nilai tukar rupiah yang melemah. Erlin Salim, Associate Director PT Fitch Ratings Indonesia dalam rilisnya, kemarin, menyebutkan, pelemahan rupiah akan membuat harga bahan baku meningkat. Faktor lain yang menurunkan presales pengembang adalah harga jual rata-rata yang tinggi. "Penurunan marketing sales akan terasa pada emiten dengan pasar properti menengah ke high-end," kata dia.
Fitch & Moody's: Properti akan tertekan
JAKARTA. Perusahaan pemeringkat, Moody's Investors Services dan Fitch Ratings masih mempertahankan rating emiten properti di Indonesia meski tekanan di bisnis ini membesar. Kedua perusahaan rating tersebut memperkirakan, hasil penjualan pengembang properti akan akan lebih rendah di 2014. Moody's memperkirakan, pertumbuhan pendapatan pengembang akan menurun menjadi 17% di 2014, dari 21% di 2013. Penurunan pertumbuhan ini karena adanya pengetatan kredit kepemilikan rumah (KPR), perlambatan ekonomi, dan nilai tukar rupiah yang melemah. Erlin Salim, Associate Director PT Fitch Ratings Indonesia dalam rilisnya, kemarin, menyebutkan, pelemahan rupiah akan membuat harga bahan baku meningkat. Faktor lain yang menurunkan presales pengembang adalah harga jual rata-rata yang tinggi. "Penurunan marketing sales akan terasa pada emiten dengan pasar properti menengah ke high-end," kata dia.