KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fitch Ratings telah menurunkan peringkat jangka panjang mata uang asing dan mata uang lokal issuer default rating (IDR) perusahaan konstruksi milik negara PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (
WIKA) ke BB- dari ‘BB’. Pada saat bersamaan, Fitch Ratings Indonesia telah menurunkan peringkat nasional jangka panjang WIKA ke A(idn), dari AA-(idn). Semua peringkat ditempatkan dalam Rating Watch Negatif (RWN). Penurunan peringkat mengikuti aksi revisi Fitch untuk Standalone Credit Profile (SCP) WIKA ke ‘b-‘ dan ‘bbb-(idn)’, dari ‘b’ dan ‘bbb+(idn)’, secara berurutan. "Ini merefleksi performa kuartal dua perusahaan yang secara signifikan lebih lemah dari ekspektasi Fitch, dimana leverage yang diukur dengan utang bersih per ebitda meningkat di atas 5x, tingkat dimana Fitch dapat melakukan aksi pemeringkatan negatif. Fitch memproyeksikan leverage akan tetap tinggi dalam beberapa tahun kedepan," tulis Fitch dalam laporannya, Jumat (11/9).
RWN merefleksikan potensi penilaian ulang pandangan Fitch terhadap hubungan dengan pemerintah. Profil finansial WIKA telah melemah dan Fitch melihat kredit metriks akan tertekan dalam jangka menengah karena perlambatan ekonomi sebagai dampak dari pandemi Covid-19, yang juga direfleksikan oleh revisi SCP WIKA.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) mengejar tender proyek-proyek strategis di pengujung 2020 WIKA bersama dengan perusahaan konstruksi milik negara lainnya, terakhir mendapatkan dukungan nyata dari pemerintah di 2016. Bantuan yang diberikan pemerintah berhubungan dengan pandemi adalah sekitar Rp 695 triliun, atau 4,4% dari PDB, yang mencakup bantuan langsung tunai, penyediaan makanan, penjaminan and insentif pajak. Namun, WIKA masih belum menerima dukungan meskipun profil finansial telah melemah. Oleh karena itu, Fitch sedang meninjau dukungan pemerintah untuk melihat apabila telah terjadi pelemahan. Perusahaan BUMN mendominasi program infrastruktur negara yang harus mengatasi tantangan regulasi dan birokrasi dan juga membutuhkan investasi dalam proyek-proyek dengan periode payback yang panjang atas nama pemerintah. Sebagai tambahan, pengambil proyek juga harus mengeksekusi kontrak-kontrak
turnkey di mana pembayaran hanya akan dilakukan ketika proyek selesai, ini memberikan tekanan kepada finansial perusahaan. Oleh karena itu perusahaan swasta dan asing tidak banyak mengambil proyek-proyek negara. Hal ini meningkatkan ketergantungan pemerintah pada pemain besar seperti WIKA. RWN merefleksikan potensi penilaian ulang karena pelemahan dukungan pemerintah dengan melemahnya profil kredit metriks WIKA. Pemerintah terakhir memberikan dukungan nyata berupa suntikan modal sebesar Rp 4 triliun di 2016 untuk mendukung pertumbuhan
order book WIKA dan eksekusi proyek-proyek strategis yang signifikan. Metriks kredit WIKA telah melemah di tahun 2020 karena pandemi, namun Fitch belum melihat adanya dukungan sehingga harus kembali menilai kemampuan dan kesiapan negara untuk dapat memberikan dukungan yang konsisten. Fitch mengestimasi nilai kontrak baru WIKA di 2020 akan jatuh sekitar 60% ke Rp 17 triliun dan pendapatan akan jatuh sebesar 45% karena gangguan pada bisnis dalam jangka pendek yang signifikan diakibatkan oleh Covid-19 dan perlambatan aktivitas tender dan konstruksi. Tender proyek baru akan turun karena pandemi berdampak negatif pada aktivitas bisnis, sedangkan konstruksi juga akan melambat karena kebijakan
social-distancing. Fitch mengekspektasikan
leverage akan meningkat ke sekitar 14 kali di 2020 dari tahun lalu yang sebesar 3,6x karena pandemi, lalu membaik ke 6,2 kali di 2021. Leverage dapat bertahan di sekitar 5,0-5,5 kali dalam jangka menengah karena peran WIKA dalam program infrastruktur negara, dimana pemerintah akan meningkatkan investasi dan belanja modal dalam beberapa tahun ke depan. Pekerjaan kontrak baru yang tertunda di semester I-2020 akan kembali mulai secara bertahap dan WIKA akan mempercepat konstruksi untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda, sehingga meningkatkan proyek yang terselesaikan di 2021.
Baca Juga: Genggam 11 proyek strategis, Wijaya Karya (WIKA) optimistis torehkan kinerja positif "Fitch melihat WIKA akan tetap bergantung pada utang untuk mendanai arus kas bebas negatif yang berhubungan dengan kontrak dari pemerintah," tulis Fitch. Rating Case mengasumsikan aktivitas bisnis akan meningkat dari akhir 2020 sehingga tender proyek akan kembali berlanjut di 2021 yang akan mendorong pertumbuhan kontrak baru perusahaan. Namun, pandemi yang berkepanjangan akan membuat pemerintah dapat merealokasi dana proyek infrastruktur untuk mendukung perlawanan terhadap virus dan mengakibatkan perusahaan swasta untuk menunda aktivitas ekspansi. Ini dapat mengurangi jumlah nilak kontrak yang akan ditenderkan dan berdampak terhadap profil finansial WIKA dalam jangka yang lebih panjang. Risiko lain terhadap proyeksi jangka menengah Fitch adalah ketidakpastian pemulihan industri karena dampak penurunan pada ekonomi yang tidak biasa, terutama adanya kemungkinan second wave pada pandemi dan kembalinya diberlakukan kebijakan
lockdown yang lebih ketat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi