JAKARTA. Industri perbankan Indonesia menghadapi tekan berat tahun ini. Tak cuma ekonomi yang lesu serta hilangnya otot rupiah, perbankan juga harus berhadapan dengan anjloknya harga komoditas utama Indonesia, yakni batubara dan kelapa sawit. Hasil uji ketahanan terbaru Fitch Rating yang baru keluar 2 September menyebut, secara umum, industri perbankan Indonesia mampu menghadapi badai ekonomi. Fitch menyebut, sembilan bank besar di Indonesia masih mampu bertahan menghadapi tekanan pelemahan rupiah, anjloknya harga komoditas, serta kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). "Ketahanan sembilan bank ditopang kemampuan profitabilitas dan modal kuat," tulis Fitch. Tapi, anjloknya bisnis di sektor pertambangan dan komoditas telah menekan kinerja bank. Ini tecermin dari kenaikan rasio kredit bermasalah menjadi 2,58% di Mei 2015. Angka ini naik dari posisi akhir akhir 2014 yang sebesar 2,16%. Andai kondisi terus memburuk, Fitch meramal, bank-bank tersebut masih akan mampu mencetak keuntungan. Hitungan Fitch, rasio laba sebelum provisi sembilan bank di Indonesia masih tumbuh yakni berkisar 4,5%. Mereka masih bisa mengantongi cuan karena kemampuan laba di atas rasio beban kredit (credit cost) sebesar 3,9% dari total kredit.
Fitch Rating : bank tertekan komoditas dan valas
JAKARTA. Industri perbankan Indonesia menghadapi tekan berat tahun ini. Tak cuma ekonomi yang lesu serta hilangnya otot rupiah, perbankan juga harus berhadapan dengan anjloknya harga komoditas utama Indonesia, yakni batubara dan kelapa sawit. Hasil uji ketahanan terbaru Fitch Rating yang baru keluar 2 September menyebut, secara umum, industri perbankan Indonesia mampu menghadapi badai ekonomi. Fitch menyebut, sembilan bank besar di Indonesia masih mampu bertahan menghadapi tekanan pelemahan rupiah, anjloknya harga komoditas, serta kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). "Ketahanan sembilan bank ditopang kemampuan profitabilitas dan modal kuat," tulis Fitch. Tapi, anjloknya bisnis di sektor pertambangan dan komoditas telah menekan kinerja bank. Ini tecermin dari kenaikan rasio kredit bermasalah menjadi 2,58% di Mei 2015. Angka ini naik dari posisi akhir akhir 2014 yang sebesar 2,16%. Andai kondisi terus memburuk, Fitch meramal, bank-bank tersebut masih akan mampu mencetak keuntungan. Hitungan Fitch, rasio laba sebelum provisi sembilan bank di Indonesia masih tumbuh yakni berkisar 4,5%. Mereka masih bisa mengantongi cuan karena kemampuan laba di atas rasio beban kredit (credit cost) sebesar 3,9% dari total kredit.