Fitch Turunkan Outlook Bank Muamalat



JAKARTA. Lembaga pemeringkat Fitch Rating menurunkan outlook peringkat utang jangka panjang Bank Muamalat dari stabil menjadi negatif. Fitch juga melorotkan peringkat obligasi subordinasi mudharabah Bank Muamalat menjadi A-.

Rasio pembiayaan bermasalah alias non-performing financing (NPF) Bank Muamalat yang meningkat di kuartal satu 2009 menjadi alasan Fitch menurunkan peringkat dan prospek bank tersebut. Kenaikan NPF diperkirakan berimbas buruk pada kualitas aset dan modal Bank Muamalat.

NPF Muamalat di akhir kuartal satu tahun ini melonjak menjadi 6,4%. Ini naik tinggi bila dibandingkan dengan posisi tahun 2008 yang masih 4,3%. NPF Muamalat itu juga jauh di atas rata-rata NPF perbankan syariah nasional yang berada di kisaran 5,1%.


Fitch juga menyoroti pencadangan (provisi) Bank Muamalat di akhir triwulan pertama 2009 yang hanya sebesar 24% dari total pembiayaan. Persentase pencadangan itu lebih sedikit dibandingkan persentase pencadangan di akhir tahun 2008, yaitu 34%.

Pencadangan sebesar 22% itu lebih mini lagi jika dibandingkan dengan pencadangan di akhir kuartal satu 2008 yang mencapai 88%. Dus, tingkat provisi Muamalat ini juga lebih rendah dibandingkan rata-rata pencadangan perbankan syariah yang mencapai 104%.

Bank Muamalat mengaku tidak terlalu risau dengan penurunan peringkat itu. "Penyebab penurunan adalah NPF di kuartal satu yang meningkat," kata Direktur Keuangan Muamalat Andi Buchari Fathoeddin, kemarin. Ia mengakui, krisis ekonomi global memukul bisnis debitur Muamalat, terutama yang berorientasi ekspor. "Kami sudah merestrukturisasi pembiayaan bermasalah," ujarnya.

Andi mengungkapkan, saat ini NPF Muamalat sudah mulai menurun. Per akhir Mei kemarin, rasio NPF Muamalat melorot menjadi 4,48%. "Kami targetkan NPF turun menjadi 3,8% di akhir Juni," katanya.

Andi yakin, lembaga peringkat kembali memperbaiki outlook Muamalat seiring tren penurunan NPF tersebut.Bank Muamalat merupakan bank syariah pertama di Indonesia yang menguasai 28% pasar perbankan syariah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie