Fixing rate yuan naik, rupiah mengekor



JAKARTA. Penguatan rupiah masih berlanjut. Redamnya gejolak di China diprediksi jadi pendongkrak bagi rupiah di hadapan USD.

Di pasar spot, Senin (11/1) valuasi rupiah terangkat 0,44% ke level Rp 13.861 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Berbeda, di kurs tengah Bank Indonesia posisi rupiah justru tergerus 0,43% di level Rp 13.935 per dollar AS.

Trian Fathria, Research and Analyst Divisi Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk menuturkan penetapan fixed rate China pada perdagangan hari ini yang lebih tinggi menenangkan pasar untuk sesaat. Sebagai mata uang emerging market dan regional Asia, rupiah terkena imbas positifnya.


PBOC menetapkan fixing rate yuan pada hari ini di posisi 6,5626 per dollar AS atau naik tipis dari sebelumnya 6,5636 pada Jumat (8/1) dan 6,5646 pada Kamis (7/1) lalu.

“Saat ini penggerak utama rupiah lebih dari China untuk beberapa waktu ke depan,” kata Trian. Menyingkirkan pengaruh dari USD yang tercatat masih bergerak unggul pasca rilis data ketenagakerjaannya yang memuaskan di akhir pekan lalu. Hingga pukul 16.25 WIB index USD merangkak naik 0,05% ke level 98,58 dibanding hari sebelumnya.

Padahal dari sisi internal masih ada sentimen negatif yang mempengaruhi. “Datang dari ekspektasi pelaku pasar akan pemangkasan suku bunga BI,” tambah Trian. Itu secara tidak langsung memberikan tamparan negatif bagi nilai tukar mata uang Garuda. Karena, diduga jika suku bunga dipangkas, capital outflow dari pasar Indonesia akan membengkak.

“Namun karena nilai tukar yuan distabilisasi dan itu positif, maka rupiah pun terdorong unggul,” prediksi Trian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie