Fluktuasi Harga Komoditas dan Logam Mulia Belum Memoles Saham Emiten Emas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten yang bergelut di bisnis pertambangan emas dan logam mulia kurang merona di akhir tahun 2022. Fluktuasi harga komoditas yang membawa produk emas Antam kembali menembus level Rp 1 juta per gram belum memoles saham emiten emas.

Bahkan mayoritas masih sideways cenderung melemah pada perdagangan Senin (26/12). Tengok saja saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang tidak berubah dari penutupan akhir pekan lalu di harga Rp 2.000. Secara mingguan, saham ANTM merosot 1,96%.

KEmarin, harga saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) ambles 1,75% ke posisi Rp 3.940 per saham, mengakumulasi penurunan 8,16% dalam sepekan. Tak jauh beda, harga saham PT United Tractors Tbk (UNTR) turun 1,77% menjadi Rp 26.400 per saham, merosot 1,68% dalam sepekan.


Selanjutnya, PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) belum bisa beranjak dari zona merah. Harga saham PSAB kemarin ditutup pada level harga Rp 106 per saham, tidak berubah dari penutupan harga akhir pekan lalu. Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) juga terkoreksi dengan penurunan 1,82% ke harga Rp 324 per saham.

Baca Juga: Menakar Dampak Larangan Ekspor Bauksit Terhadap Kinerja Aneka Tambang (ANTM)

Di tengah kondisi ini, nasib berbeda dialami oleh PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA). Senin (26/12), harga saham BRMS mampu menguat 3,03% ke posisi Rp 170 per saham. Sedangkan HRTA naik tipis 0,98% ke level Rp 206 per saham.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian menyoroti fluktuasi harga komoditas yang memberi dampak bervariasi terhadap kinerja emiten emas dan logam mulia. Fajar membeberkan, katalis positif berpeluang datang dari perlambatan inflasi global yang bisa memicu arah kebijakan moneter sejumlah bank sentral cenderung dovish.

Kondisi ini berpeluang mendorong kenaikan harga emas. "Selain itu, isu geopolitik yang masih belum jelas kapan berakhir dan ketegangan yang baru muncul juga bisa memicu harga emas untuk naik," ujar Fajar kepada Kontan.co.id, Senin (26/12).

Baca Juga: Harga Saham BYAN Melesat & Tendang GOTO Dari Big Caps, Investor Pilih Jual / Beli?

Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan menambahkan, harga emas masih cukup solid walau diterpa agresivitas pengetatan moneter dari The Fed dan beberapa bank sentral lainnya. Selain itu, sejumlah bank sentral di berbagai negara juga membeli emas dalam jumlah yang masif.

Meski begitu, Felix memproyeksikan harga emas di tahun 2023 relatif tidak terpaut jauh dengan harga saat ini. Rentang harga emas ada di kisaran US$ 1.750 per ons troi-US$ 1.800 per ons troi. Prediksi harga emas menimbang rencana The Fed yang masih akan bergerak hawkish di 2023.

Selain faktor dari rerata harga jual, pergerakan harga minyak dunia juga mesti dicermati oleh emiten emas, terutama yang bergerak di hulu pertambangan. Sebab, ini menjadi komponen bahan baku dari kegiatan operasional perusahaan.

Harga minyak yang melandai di rentang US$ 70 per barel-US$ 80 per barel akan menghembuskan angin segar. "Karena saat harga minyak di atas US$ 85 cukup menekan margin laba kotor mereka," imbuh Felix. 

Baca Juga: Prospek Bursa Saham Masih Cerah di Tahun Depan

Sementara itu, Equity Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti melihat pada momentum pergantian tahun ini, katalis untuk saham emiten emas cenderung terbatas. Hanya saja, risiko resesi di tahun depan dan ketidakpastian yang masih membayangi bisa memberikan daya tarik.

Menimbang kondisi tersebut, emiten tambang emas masih menarik dilirik. Terutama yang getol menggelar diversifikasi bisnis dan ekspansi ke sisi hilir dengan pengembangan smelter. Namun, perlu dicermati sensitivitas terhadap kenaikan suku bunga.

"Kenaikan suku bunga meningkatkan cost of fund perusahaan, demikian juga pelemahan nilai tukar juga berpotensi menekan kinerja apabila porsi utang dalam bentuk dolar cukup besar," imbuh Desy.

Baca Juga: Bandingkan Kinerja Emiten Tambang Emas: ANTM, BRMS, MDKA, ARCI, Mana Paling Berkilau?

Rekomendasi Saham

Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengingatkan pelaku pasar agar mewaspadai potensi pembalikan arah harga emas, setelah terbentuk rally sejak Oktober lalu. Indikasi ini memungkinkan adanya katalis negatif bagi pergerakan harga saham emiten terkait.

Ivan mencontohkan saham ANTM yang masih bergerak konsolidasi dengan potensi pelemahan kembali menguji support di area Rp 1.900 per saham. Posisi MDKA juga kurang menguntungkan, karena menembus support fraktal di area Rp 3.970 per saham.

Kondisi ini rawan untuk menekan MDKA hingga ke support berikutnya di Rp 3.760 per saham. "Best case, selama harga emas pasar spot masih bertahan di atas US$ 1.745, maka kedua emiten ini berpeluang tertahan di level support masing-masing dan bisa saja rebound," ujar Ivan.

Fajar turut melihat mayoritas saham emiten emas sedang dalam fase konsolidasi dan sideways. Apalagi di tengah sentimen global yang saat ini masih belum kondusif. Fajar pun lebih menyarankan untuk melirik saham tambang emas yang berfundamental solid.

Baca Juga: Raup Cuan dari Nikel, Analis Kompak Rekomendasikan Beli Saham MDKA

Pelaku pasar bisa mempertimbangkan beli saham UNTR dengan target harga terdekat di Rp 28.500 per saham. Sedangkan untuk ANTM, cermati dulu level support di Rp 1.915 per saham dan resistance pada area Rp 2.070 per saham.

Dengan jangka investasi yang lebih panjang, Felix menjagokan saham ANTM dan MDKA. Keduanya masih layak dilirik dengan target harga masing-masing di Rp 2.800 per saham dan Rp 5.500 per saham.

Desy juga merekomendasikan buy saham ANTM dan MDKA. Catatan Desy, emiten dengan produk hilirisasi juga bisa dicermati. Apalagi dengan nilai tambah yang besar dan jangkauan pelanggan lebih luas memanfaatkan digitalisasi.

"Dari hulu, fluktuasi harga komoditas mempengaruhi harga jual. Namun, kami melihat apabila bisnis terintegrasi dari hulu ke hilir lebih menarik," pungkas Desy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati