KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyampaikan, fluktuasi harga telur ayam dan ayam broiler merupakan bentuk satu kesetimbangan baru. Pasalnya, Arief menjelaskan harga pokok produksi dari para peternak juga mengalami kenaikan. Menurutnya, pada Januari 2023 lalu para peternak ayam dan peternak telur mengalami banyak kerugian karena adanya ketidaksesuaian antara biaya produksi dengan harga jual. "Saat ini baik telur ayam maupun ayam broiler sedang mendapatkan kesetimbangan barunya. Bulan Januari 2023, saudara-saudara kita Peternak Ayam dan Ayam Petelur sudah banyak merugi dan tutup karena tidak sesuainya biaya produksi versus harga jualnya," kata Arief kepada Kontan.co.id, Jumat (21/7).
Faktor yang yang menjadi penyebab kenaikan harga adalah harga
day old chicken (DOC) yang sebelumnya Rp 5.000 saat ini sampai Rp 8.000.
Baca Juga: Jalin Kemitraan, PPI dan Paskomnas Launching Kios Pangan ID Food Kemudian harga jagung yang dulu Rp 3.150 saat ini sudah mencapai Rp 5.000. Bahkan sebelumnya Arief menyebut harga jagung sempat di atas Rp 6.000 per kilogram. Menyikapi hal tersebut, Arief mengatakan Badan Pangan Nasional melakukan bantuan berupa fasilitasi distribusi jagung pakan. Distribusi jagung pakan dilakukan dari daerah surplus seperti Sumbawa dan Dompu ke Blitar dan Kendal beberapa waktu terakhir. Selain itu, Arief menambahkan, pihaknya juga menyiapkan Program Bantuan Pangan berupa ayam dan telur kepada 1,4 juta Keluarga Resiko Stunting (KRS) di tujuh Propinsi. Dimana BUMN Pangan membeli dengan harga yang baik/wajar dari Peternak Kecil dan didistribusikan ke KRS. "Saat ini waktunya kita men-
support Peternak Ayam Broiler dan Peternak Ayam Petelur agar mendapatkan harga yang baik. Sambil kita kontrol harga di tingkat konsumen bersama sama," ujarnya. Harga telur dan ayam ini kata Arief sekitar 15% sampai 20% di atas HAP. Oleh karenanya, Badan Pangan Nasional kini terus melakukan monitor dan
review harga secara paralel. "Ini harus kita urai satu per satu. Jangan sampai harga murah di atas kertas tapi sedulur peternak bangkrut, malah tidak ada telur nanti di masyarakat. Tentu kita tidak ingin para produsen ini berhenti berproduksi, sebab ketika peternak berhenti berproduksi maka neraca akan defisit kita tidak dapat memenuhi kebutuhan protein dari unggas dari produksi dalam negeri. Ini yang kita hindari," terang Arief. Berdasarkan data Badan Pangan Nasional dalam sepekan terakhir yakni 14-21 Juli 2023 harga rata-rata nasional daging ayam ras di tingkat produsen stabil di Rp 23.880 per kilogram, telur ayam ras turun sekitar 0,34% di rata-rata Rp 26.570 per kilogram dan jagung pipilan kering mengalami penurunan 0,21% di rata-rata 4.800 per kilogram. Sementara itu di tingkat konsumen daging ayam ras mengalami penurunan 0,53% dengan rata-rata Rp 37.400 per kilogram, telur ayam ras turun sekitar 0,36% di rata-rata Rp 30.780 per kilogram dan jagung pipilan kering mengalami penurunan 0,16% di rata-rata Rp 6.300 per kilogram.
Baca Juga: ADB Turunkan Proyeksi Inflasi Indonesia Tahun 2023 Jadi 3,8% Suwardi Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Jawa Tengah harga di tingkat peternak saat ini Rp 27.000 per kilogram. Harga tersebut merupakan harga keseimbangan baru dan ideal. Hal tersebut agar para peternak bisa bertahan di tengah tingginya harga produksi saat ini. "Saat ini harga keseimbangan baru dan ideal agar peternak bisa bertahan dikarenakan kenaikan harga pakan dan dan sapronak," kata Suwardi.
Ia mengatakan, kenaikan terjadi pada semua komponen produksi. Mulai dari DOC yang naik, pakan konsentrat, jagung, bekatul, obat-obatan, operasional hingga biaya pekerja. Ia juga berharap adanya penyesuaian harga batas atas dan bawah HAP di Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 5/2022. Hal tersebut lantaran HAP yang ditentukan sudah tidak sesuai dengan kondisi di lapangan dimana HPP peternak yang naik. "Penyesuaian HAP sangat perlu untuk penyesuaian agar tidak menjadi polemik dan pijakan BPS. Harapannya bisa Rp 25.000-Rp 27.000," harapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi