Fluktuasi nilai tukar menggerus laba bersih PLN



JAKARTA.PT PLN (Persero) telah mengumumkan laporan keuangan smester I 2012. Melalui situs resmi perusahaan diketahui bahwa laba bersih perseroan mengalami penurunan drastis dari Rp 10,3 triliun pada semester I 2011 menjadi hanya Rp 31 miliar pada semester I 2011.

Perseroan menyatakan, anjloknya laba bersih ini akibat adanya kerugian karena selisih kurs mata uang asing yang umumnya berasal dari translasi aset dan kewajiban moneter perusahaan dalam mata uang asing.Berdasarkan laporan laba rugi konsolidasi, pendapatan usaha perseroan pada semester 1 2012 tercatat sebesar Rp 111,3 triliun, naik 11% dari pendapatan usaha semester 1 2011 yang sebesar Rp 98,5 triliun. Meningkatnya pendapatan usaha ini, terutama berasal dari kenaikan penjualan tenaga listrik karena penambahan jumlah pelanggan dan penambahan volume penjualan.Beban usaha sepanjang semester 1 2012 tercatat sebesar Rp 94,9 tiliun, meningkat 8% dibandingkan semester 1 2011, Rp. 86,7 triliun. Meningkatnya beban usaha ini karena peningkatan konsumsi bahan bakar dan pelumas dan pembelian tenaga listrik untuk memenuhi peningkatan permintaan listrik dari masyarakat. Meningkatnya beban usaha juga karena adanya peningkatan penyusutan akibat meningkatnya jumlah asset perseroan.Dengan margin PSO dari pemerintah sebesar 7% pada tahun ini, PLN membukukan laba usaha perseroan sebesar Rp 16,4 triliun pada semester 1 tahun 2012 atau naik 28% dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 11,7 triliun.Dari laporan posisi keuangan tercatat jumlah aset tidak lancar mengalami kenaikan dari Rp 409,5 triliun pada 31 Desember 2011 menjadi Rp 443,8 triliun pada 30 Juni 2012. Ini terjadi terutama karena pada semester 1 tahun 2012 mulai beroperasi beberapa PLTU seperti PLTU Lontar (Teluk Naga) Unit 2 dan 3 serta PLTU Paiton.

Sedangkan aset lancar naik dari Rp 58,2 triliun pada 31 Desember 2011 menjadi Rp 67,1 triliun pada 30 Juni 2012. Sehingga total jumlah aset perseroan pada 30 Juni 2012 sebesar Rp 510,9 triliun atau naik 8% dari Rp 467,7 triliun pada 31 Desember 2011.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie