Fokus dana belanja bank untuk sistem TI



JAKARTA. Beberapa bank mengalokasikan mayoritas belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini untuk pengembangan sistem teknologi informasi (TI). Maklum, sistem TI yang mumpuni menjadi kunci penting pengembangan bisnis bank.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengalokasikan belanja modal tahun 2015 sebesar Rp 3 triliun. "Angka ini hampir sama dengan tahun lalu," kata Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI, kepada KONTAN, pekan lalu.

Sebagian besar capex itu akan disalurkan untuk pengembangan TI. Selain itu, BRI akan menyalurkan capex untuk pengembangan jaringan. Budi bilang, BRI fokus menjaga dan meningkatkan kinerja bisnis melalui transaksi e-channel dan e-banking.


Mereka terus mengembangkan jaringan unit kerja, baik konvensional maupun e-channel. BRI juga berencana membuka sekitar 400 kantor cabang. "Kami tambah 400 cabang tahun ini. Dari jumlah itu, 20 kantor cabang, sisanya berupa teras," imbuh Budi.

Saat ini, BRI memiliki 10.396 jaringan konvensional. Hal serupa dilakukan Bank Mandiri. Tahun ini, belanja modal bank berlogo pita emas tersebut berjumlah Rp 3,5 triliun. Dari jumlah tersebut, "Sekitar US$ 180 juta atau Rp 2 triliun untuk capex e-banking dan TI," ujar Pahala N Mansury, Managing Director Chief Financial Officer Bank Mandiri.

Sementara sebesar Rp 1,5 triliun bakal disalurkan Bank Mandiri untuk pendanaan non-TI. Rencananya, lanjut Pahala, Bank Mandiri mengalokasikan capex untuk pengembangan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM), internet banking, hingga cash management kepada segmen korporasi.

Maklum, bank ini menargetkan transaksi elektronik tumbuh 25%–30%. Membangun kantor Di sisi lain, Bank Negara Indonesia (BNI) justru akan memakai capex 2015 senilai Rp 1,5 triliun untuk pembelian gedung. "Tahun lalu capex kami di bawah Rp 1 triliun," ujar Yap Tjay Soen, Direktur Keuangan BNI.

BNI telah memulai pembangunan gedung operasional di wilayah Bumi Serpong Damai (BSD) senilai Rp 340 miliar. Selain itu, BNI akan membeli kembali gedung kantor pusat BNI di kawasan Sudirman, Jakarta, senilai Rp 900 miliar dari Yayasan Dana Pensiun Bank Negara Indonesia (Dapenso BNI). Dus pembelian kantor BNI di Fatmawati, Jakarta, juga dari Dapenso BNI.

Senada dengan BNI, Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja bilang sebagian besar capex tahun ini yang sejumlah Rp 3 triliun diperuntukkan bagi pemeliharaan gedung, penambahan kantor baru, keperluan komputer, software dan pengembangan electronic channel. "BCA menargetkan penambahan 50 kantor cabang baru sepanjang tahun ini," katanya, Jumat (6/2) lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto