KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Erajaya Swasembada Tbk (
ERAA) diperkirakan menikmati hasil positif di tahun 2024. Proyeksi ini seiring upaya emiten distributor perangkat elektronik ini fokus pada produktivitas toko ketimbang penambahan toko baru. Analis Buana Capital James Stanley Widjaja mengatakan, ekspansi pembukaan toko ERAA yang ditahan ini dapat memaksimalkan produktivitas. Seperti diketahui, ERAA baru membuka 66 toko baru per kuartal I-2024, dari total rencana total pembukaan 200 toko baru tahun ini. James menilai, strategi ERAA tahun ini berpusat pada peningkatan produktivitas toko. Terkhusus, ekspansi yang berpusat pada merek atau format toko baru dengan periode pengembalian yang cepat seperti iBox, Samsung dan Erablue.
Sebagai contoh, Erablue yakni perusahaan patungan pengecer elektronik ERAA, telah berkembang pesat dengan memiliki sekitar 50 toko dan diharapkan mencapai titik impas pada kuartal ketiga 2024. pertumbuhan OPEX. “Kami menyambut baik langkah manajemen ERAA untuk memperlambat ekspansi guna mengoptimalkan produktivitas,” tulis James dalam riset 30 Mei 2024.
Baca Juga: Fokus Ekspansi, Erajaya Swasembada (ERAA) Siapkan Capex Rp 1 Triliun di 2024 James memaparkan, pendapatan atau topline ERAA tumbuh 12,6% YoY menjadi Rp 16,64 triliun. Raihan ini dikontribusikan oleh pertumbuhan penjualan yang kuat di segmen ponsel pintar, komputer, dan lainnya. Secara tahunan, Margin Kotor (GPM) ERAA di kuartal I 2024, telah meningkat 33 bps menjadi 11,0% pada bauran produk. Namun, Margin Operasi (OPM) terpantau turun 10 bps menjadi 2,8% menjadi 18,8% hingga periode tersebut. Adapun penjualan smartphone ERAA yang berkontribusi sebesar 81,6% dari total penjualan selama tiga bulan pertama tahun ini bertumbuh 13,4% YoY, dengan pertumbuhan volume sebesar 25% YoY dan penurunan harga jual (ASP) sebesar 9,4%. Menurut James, capaian penjualan ponsel ini mencerminkan kebangkitan produk-produk kelas bawah dan kelas menengah, yang bertumbuh masing-masing 17,8% dan 73,4% YoY di Indonesia, berdasarkan riset Firma riset pasar International Data Corporation (IDC). “Prinsipal merek Xiaomi, Realme, Vivo, dan Infinix telah beralih kembali ke kelas bawah hingga menengah yang lebih terjangkau, setelah mendorong produk kelas atas pada tahun 2022-2023,” tambahnya. Analis Bahana Sekuritas Christine Natasya menyebutkan, ERAA masih melanjutkan volume penjualan ponsel yang kuat di awal tahun ini. Hal itu dapat dilihat dari volume penjualan ponsel ERAA terus membukukan pertumbuhan positif sebesar 25% yoy dan mencapai 2,78 juta unit di kuartal I-2024. Dari sisi harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) terpantau turun sebesar 9,4% yoy menjadi Rp4,9 juta selama periode tiga bulan tersebut. Ini karena volume penjualan yang lebih tinggi dari ponsel terjangkau, meskipun merek Apple dan Samsung juga memberikan kontribusi pertumbuhan positif. Christine menuturkan, manajemen ERAA masih melihat pertumbuhan penjualan tiap toko (SSSG) akan positif berkisar antara 5% qoq hingga dua digit di kuartal kedua 2024. Optimisme ini karena peningkatan penjualan yang lebih baik di sebagian besar toko dengan Libur panjang bulan Mei menjadi salah satu katalis positif.
Baca Juga: Gencar Ekspansi, Erajaya (ERAA) Targetkan Membuka 200 Toko Baru di 2024 Erajaya Swasembada akan berfokus pada profitabilitas pada toko Erafone yang sudah ada. Hal ini tercermin dari pembukaan toko baru ERAA tahun ini sekitar 200 toko karena lebih sedikitnya penambahan toko Erafone dengan konsep multi brand tersebut. Namun demikian, di tengah rencana pembukaan toko lebih sedikit, manajemen ERAA masih menargetkan untuk melanjutkan ekspansi toko konsep monobrand yakni iBox di kota-kota tier-2 untuk memanfaatkan momentum jika Apple mulai membuka tokonya di Jakarta. Christine mengungkapkan, ERAA memperkirakan adanya dampak positif dari pembukaan toko resmi Apple di Indonesia, seperti yang terjadi di Thailand. Selain itu, hari persediaan diperkirakan akan lebih baik dan tingkat utang yang lebih rendah di masa depan mengingat adanya perlambatan ekspansi. Di samping itu, Erablu tengah berada dalam jalur menuju titik impas pada kuartal ketiga 2024. Per kuartal I 2024, Erablue masih membukukan rugi bersih sebesar Rp16,4 miliar. Erablu terutama akan fokus pada wilayah tier 2 dan tier 3 dan tidak akan berekspansi ke kota-kota besar. Per Mei 2024, ERAA sudah membuka sekitar 57 toko Erablue dan diharapkan bisa mencapai 80 toko pada kuartal ketiga 2024. Asal tahu saja, Erablue merupakan perusahaan patungan Erajaya Digital dengan Mobile World Group Vietnam. Erablue termasuk segmen bisnis Erajaya Digital dengan konsep multi brand yang banyak menangkap permintaan di kota tingkat 2 dan 3. “Tiga wilayah utama yang menjadi fokus Erablu saat ini adalah Bekasi, Depok, dan Tangerang,” ujar Christine kepada Kontan.co.id, belum lama ini. Christine juga memiliki pandangan yang lebih baik dari usaha patungan ERAA. Salah satunya, ERAA berencana untuk mengkonsolidasikan bisnis JD Sports pada kuartal ketiga 2024.
ERAA memiliki beberapa perusahaan patungan (JV) yang dicatat dalam akun laba saham dalam laporan laba rugi, termasuk PT Era Caring Indonesia (Wellings Pharmacy - Beauty and Wellness), PT Era Farma Indonesia (Medicastore ), PT JD Sports Fashion Indonesia, PT Era Blu Elektronik (Erablue/Erajaya Digital), dan PT MST Golf Indonesia (MST Golf/Active Lifestyle). “Per kuartal I-2024, keuntungan JD Sports sebesar Rp10 miliar. Jika JD Sports dikonsolidasikan, kami memperkirakan kontribusinya akan kurang dari 5% terhadap laba ERAA pada tahun 2024,” imbuh Christine. Hanya saja, James mengkhawatirkan risiko bagi ERAA adalah posisi utang yang lebih tinggi dari perkiraan dan produktivitas toko yang lebih rendah dari perkiraan.
Ekuitas bersih tetap tinggi di 0,89x akibat modal kerja pembukaan toko baru untuk persiapan Lebaran. Manajemen ERAA mempertahankan batas utang/ekuitas bersih sebesar 1x dan mencatat kemungkinan tidak adanya kenaikan BI rate dalam beberapa bulan mendatang. Sementara itu, Christine memandang, risiko bagi ERAA adalah ekspansi toko yang lebih agresif yang menyebabkan biaya keuangan lebih tinggi. Kemudian, perputaran persediaan yang rendah, depresiasi nilai tukar rupiah, daya beli yang lemah, volume penjualan yang lebih rendah dari perkiraan, serta peningkatan produktivitas yang lebih rendah dari perkiraan di setiap tingkat toko. Dengan berbagai faktor tersebut, Christine mempertahankan rekomendasi Beli untuk ERAA dengan target harga sedikit turun menjadi Rp 490 per saham. Sedangkan, James mempertahankan rekomendasi Beli untuk ERAA dengan target harga sebesar Rp 510 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari