KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca mendapat sorotan dari Presiden Joko Widodo, portofolio dana perbankan yang ditempatkan dalam surat berharga, terutama SBN, mulai susut. Prioritas penggunaan dana di tengah likuiditas ketat kini diarahkan untuk menyalurkan kredit. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mencatat kepemilikan sektor perbankan di SBN mengalami penurunan pada periode November 2023. Dalam periode tersebut, kepemilikan perbankan di SBN menyusut 1,51% secara tahunan menjadi Rp 1.436 triliun. Meski demikian, kepemilikan obligasi korporasi masih mengalami kenaikan jika dibandingkan secara tahunan. Pada November 2023, kepemilikan obligasi korporasi non bank mencapai Rp 269,64 triliun atau naik sekitar 16,45%.
“Ini kontribusi sektor perbankan dalam pembiayaan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, awal pekan ini.
Baca Juga: Agen BRILink Catat Volume Transaksi Mencapai Rp 1.427 Triliun Sepanjang 2023 Direktur
Treasury & Capital Market CIMB Niaga John Simon mengungkapkan bahwa saat ini penempatan dana, baik itu obligasi korporasi maupun SBN, akan dilakukan sesuai dengan kondisi yang terjadi di pasar. Hingga November 2023, CIMB Niaga juga tercatat mengalami penyusutan untuk penempatan dana di surat berharga. Adapun, penyusutannya sekitar 7,5% secara tahunan hingga menjadi Rp 60,7 triliun. Sebaliknya, penyaluran kredit CIMB Niaga telah mengalami kenaikan tipis sekitar 1,5% secara tahunan per November 2023. Pada periode tersebut, kredit yang disalurkan bank milik investor asal Malaysia ini senilai Rp 145,7 triliun. “Kami memperkirakan pertumbuhan pinjaman yang akan tetap lebih tinggi di masa depan,” ujarnya. Ia bilang jika memang bank melihat ada kesempatan untuk masuk SBN atau obligasi korporasi, maka pihaknya akan masuk. Dalam hal ini, tentu juga memperhatikan imbal hasil yang ditawarkan. “
Funding engine kita cukup kuat untuk mendapatkan DPK yang kita butuhkan. Dan kalau sampai dibutuhkan, SBN bisa di-repo,” ujar John. Serupa,
EVP Treasury Division Head BTN, Sindhu Rahadian Ardita mengungkapkan bahwa fokus utama BTN saat ini tetap pada fungsi intermediasi sehingga dana yang dihimpun Bank diutamakan untuk penyaluran kredit, dan
excess fund dioptimalkan untuk berinvestasi pada instrumen yang memberikan pendapatan.
Baca Juga: Baru Rampung Spin Off dari Bank Sinarmas (BSIM), Bank Nano Syariah akan IPO Mengacu pada laporan bulanan BTN di November 2023, penempatan dana di surat berharga tercatat senilai Rp 37,95 triliun. Angka tersebut turun dari periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 54,93 triliun.
“Perubahan komposisi investasi akan dilakukan bank mengikuti arah dan kondisi
market yang dapat berkontribusi positif bagi profitabilitas bank,” ujarnya. Dalam hal ini, Sindhu menyampaikan hingga saat ini pihaknya masih
wait and see terkait dengan prospek pemangkasan suku bunga acuan baik dari The Fed dan Bank Indonesia yang akan berdampak pada harga instrumen obligasi di pasar. “Secara umum kami cukup optimis dan memandang akan ada pemangkasan suku bunga pada tahun ini walaupun belum akan terjadi pada awal tahun ini,” ujar Sindhu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi