KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan kembali menahan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 17-18 Desember 2024. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, alasan BI masih menahan suku bunga acuan lantaran masih fokus dalam menstabilisasi nilai tukar rupiah. Untuk diketahui, nilai tukar rupiah masih melemah di level Rp 16.000 per dollar AS.
Rupiah spot ditutup pada level Rp 16.098 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (18/12), menguat tipis 0,02% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.101 per dolar AS.
Baca Juga: BI: Inflasi dan Ketidakpastian Global Meningkat, Negara Berkembang Harus Waspada “Kami akan fokus dulu stabilitas rupiah karena ketidakpastian global meningkat. Bukan berarti nggak ada upaya penurunan suku bunga. Sehingga fokus kami adalah sementara ini BI-Ratenya kami pertahankan dulu,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (18/12). Perry menambahkan, mempertahankan suku bunga terlebih dahulu, merupakan siasat penting dalam proses menstabilkan nilai tukar rupiah. Di samping itu, upaya lain yang dilakukan untuk menstabilisasi nilai tukar adalah dengan melakukan intervensi melalui Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan menggunakan dolar dengan intervensi dalam pasar spot. Disamping itu, BI juga melakukan penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dengan imbal hasil menarik.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,31% ke Rp 16.100 Per Dolar AS pada Rabu (18/12) “Memang setelah Trump (terpilih jadi presiden AS) ini terjadi
outflow. Kami lihat selama kuartal ini, data bulan Desember 2024 kuartal IV outflow US$ 2,4 miliar, terbesar saham US$ 1,9 miliar. Alhamdulillah SUN mulai
inflow setelah November
outflow. Kemudian, inflow US$ 0,8 miliar di SRBI. Makanya kami stabilitas rupiah dan SRBI bisa lebih menarik,” jelasnya. Terakhir, BI juga melakukan pembelian Savings Bond Ritel (SBR) di pasar sekunder. “Itulah kenapa kami belum berani turunkan suku bunga, karena fokus ke stabilisasi rupiah karena ketidakpastian global tinggi,” tambahnya.
Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati pergerakan nilai tukar rupiah dan prospek inflasi serta dinamika kondisi ekonomi yang berkembang, dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga kebijakan lanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi