FOMC digelar, kejelasan arah kebijakan inflasi bank sentral AS jadi perhatian



KONTAN.CO.ID -  WASHINGTON. The Federal Reserve (The Fed) menggelar pertemuan dua hari yang akan berakhir Rabu sore (16/9) waktu setempat. Investor tentu mencari jawaban untuk satu pertanyaan utama: Seperti apa sebenarnya kerangka kebijakan inflasi baru bank sentral dalam praktiknya?

Di bawah kebijakan baru, The Fed berencana untuk menargetkan inflasi rata-rata dari waktu ke waktu. Ada pergeseran dari pendekatan tradisional Fed untuk menargetkan inflasi 2%, meskipun tampaknya itu telah diterapkan sebelum pidato Ketua The Fed Jerome Powell pada 27 Agustus silam. 

Baca Juga: Sempat melandai, harga emas spot kembali terungkit menjadi US$ 1.958,34 per ons troi


"Setelah periode ketika inflasi telah berjalan di bawah 2%, kebijakan moneter yang sesuai kemungkinan akan bertujuan untuk mencapai inflasi secara moderat di atas 2% untuk beberapa waktu," kata Powell bulan lalu seperti dikutip Barrons.

Itu telah mendorong beberapa ahli strategi Wall Street mempertanyakan apa itu artinya "cukup di atas" itu seperti 2,5% atau 3%. Tetapi pejabat bank sentral telah mengatakan mereka akan menjaga kebijakan secara fleksibel, dan itu tidak dapat direduksi menjadi aturan matematika.

Baca Juga: Harga minyak terangkat gangguan pasokan akibat badai di AS

Karena itu, ringkasan terbaru proyeksi ekonomi dan pernyataan kebijakan Fed mungkin tidak akan memberikan detail lebih lanjut, kata ahli strategi di Goldman Sachs dan Nomura.

Sebaliknya, ahli strategi mengatakan bahwa sebagian besar pejabat Fed akan memperkirakan suku bunga mendekati nol setidaknya untuk tiga tahun ke depan, dengan inflasi masih di bawah level yang dapat mulai menimbulkan pertanyaan tentang kenaikan suku bunga.

Baca Juga: Wall Street naik, pasar saham AS menunggu hasil rapat The Fed

"Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) juga mungkin akan menunggu hingga akhir tahun ini untuk membuat komitmen formal untuk menjaga kebijakan moneter tetap longgar," kata analis dari Nomura.

Reuters melaporkan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) saat ini sekitar 11 juta di bawah level Februari 2020. Secara historis, butuh lebih dari empat tahun, hingga pertengahan 2014, untuk memulihkan 8 juta pekerjaan yang hilang dalam resesi periode 2007-2009 lalu.

Pemulihan ini jelas berbeda. Penambahan lapangan kerja lebih dari 10 juta pekerjaan selama empat bulan terakhir mengejutkan banyak pembuat kebijakan. Tingkat pengangguran di level 8,4% pada Agustus lalu sudah melewati ekspektasi pejabat The Fed yang memproyeksi akhir tahun rata-rata level pengangguran di 9,3%.

Baca Juga: Asia menghadapi resesi pertama dalam 60 tahun!

“Kami terus berharap FOMC pada akhirnya mengadopsi panduan berbasis hasil yang menunda lepas landas sampai ekonomi mencapai lapangan kerja penuh dan inflasi 2%. Meskipun kriteria inflasi yang lebih ketat juga mungkin akan dijalankan,” ujar ahli strategi Goldman Sachs, yang dipimpin oleh Jan Hatzius dalam catatan 12 September 2020.

Sementara Wall Street juga mengharapkan The Fed pada akhirnya memberikan kejelasan lebih lanjut tentang masa depan program pembelian obligasi yang diperkenalkan pada Maret dan April lalu. Sebuah program yang diluncurkan sebagai bagian dari upaya untuk menopang ekonomi dan sistem keuangan di tengah pandemi.

Ahli strategi Goldman Sachs berpikir bank sentral akan beralih ke pembelian tresuri jangka panjang, "karena tujuan bergeser ke menyediakan akomodasi dan mendukung pemulihan." Tapi sekali lagi, mereka tidak mengharapkan jenis perpindahan itu sampai akhir tahun ini.

Selanjutnya: Puluhan perusahaan besar di Amerika bangkrut dan ajukan pailit

Editor: Rizki Caturini