LONDON. Fondasi perekonomian London mulai goyang. Tingkat ketersediaan lapangan pekerjaan melemah dan sektor real estate di ibukota mengalami pendinginan. Berdasarkan laporan The Centre for London yang dirilis Selasa (18/7), kondisi ini terjadi seiring persiapan Inggris untuk hengkang dari Uni Eropa. "Saat tidak ada yang mengetahui bagaimana Brexit akan berlangsung, analisis terbaru ini menunjukkan bahwa ekonomi London mulai goyang," jelas Ben Rogers, direktur The Centre for London. Asal tahu saja, London berkontribusi sekitar 13% dari total perekonomian Inggris. Dan kota ini menjadi magnet bagi para imigran yang bekerja di industri keuangan dan teknologi.
Namun, keputusan Inggris untuk hengkang dari Uni Eropa mengancam kekuatan yang menyokong ekonomi London selama ini. Tingkat pengangguran kota London melonjak ke rekor terendah di level 5,5%. Namun, laporan ini menemukan bahwa tingkat penciptaan lapangan kerja baru mengalami perlambatan. "Ini mengindikasikan rebound ekonomi London pasca resesi kemungkinan sudah berakhir," tulis The Centre for London. Selain itu, ada penurunan tajam pada pendaftaran pekerja asing. Di sisi lain, jumlah warga yang mendaftar untuk mendapatkan nomor Asuransi Nasional
(National Insurance), yang dibutuhkan untuk bekerja, turun sebesar 15% pada kuartal lalu di London. "Penurunan secara signifikan jumlah Asuransi Nasional, khususnya bagi mereka yang data dari negara lain di Uni Eropa, menjadi data penting yang menunjukkan bahwa migrasi dengan tujuan bekerja ke Inggris mengalami perlambatan," kata Jonathan Portes, profesor di King's College London. Pasar properti London juga mendingin: pertumbuhan harga rumah di London melonjak 14% pada awal 2016. Tapi sejak saat itu terus kehilangan momentumnya. Kejadian terburuk bagi London diprediksi belum terjadi. Banyak perusahaan finansial besar, termasuk JPMorgan Chase, UBS, HSBC, dan Goldman Sachs, mengatakan bahwa mereka akan memindahkan kantor, investasi atau keduanya keluar dari Inggris karena alasan Brexit.
Walikota London Sadiq Khan, yang berkampanye melawan Brexit, mengatakan bahwa dirinya memahami pelaku bisnis menginginkan kepastian. Namun dia menekankan, sejumlah perusahaan besar masih berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia. Dia menyebut Snapchat dan Google sebagai dua perusahaan besar yang sudah mengumumkan rencananya untuk mendirikan kantor baru di London pasca referendum Uni Eropa. Kendati demikian, ada setitik sinar terang dalam kondisi buruk yang dialami London. Sektor pariwisata London mengalami booming akibat melorotnya nilai tukar poundsterling pasca Brexit. Sekitar 4,5 juta turis datang ke London pada kuartal pertama 2017. Angka ini naik hampir 16% dibanding tahun sebelumnya.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie