KONTAN.CO.ID - SINGAPURA, 27 Mei (Reuters) - Dolar AS memulai pekan ini dengan stabil. Investor sedang fokus pada data inflasi Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang untuk menentukan arah suku bunga global. Dalam beberapa bulan terakhir, perdagangan valuta asing didominasi oleh perburuan "carry trade". Strategi ini memanfaatkan perbedaan suku bunga untuk mendapatkan keuntungan. Mata uang dengan suku bunga rendah seperti Yen Jepang menjadi lemah, sementara Dolar AS diuntungkan.
Data ekonomi AS yang naik turun membuat kepercayaan pembuat kebijakan terhadap prospek suku bunga menjadi goyah. Beberapa pasangan mata uang utama bergerak dalam kisaran yang ketat. Euro (EUR=EBS), yang naik 0.9% terhadap Dolar AS pekan lalu, berada di tengah kisaran yang telah bertahan selama lebih dari setahun di $1,0846. Perdagangan pada hari Senin berkurang karena adanya hari libur di Inggris dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Grafik Harga Emas 24 Karat Antam Terbaru (27 Mei 2024) Inflasi Eropa dan Data AS Diperhatikan
Inflasi Jerman pada hari Rabu dan data zona euro pada hari Jumat akan dicermati untuk mengkonfirmasi potensi penurunan suku bunga Eropa yang telah diperkirakan oleh para pelaku pasar untuk pekan depan. Sementara itu, pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti (core PCE) pada hari Jumat, yang merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve, diperkirakan akan tetap stabil. Namun, kejutan ke arah mana pun dapat menggerakkan pasar mata uang. Dolar AS sempat melemah setelah data menunjukkan perlambatan kenaikan harga konsumen di bulan April dan penjualan ritel yang mengecewakan. Namun, Dolar AS menguat kembali pekan lalu berkat data survei PMI yang lebih baik dari perkiraan. "Fokus pada core PCE adalah untuk mengetahui apakah pendorong inflasi merupakan bagian dari perubahan suasana hati konsumen," kata Bob Savage, kepala strategi dan wawasan pasar BNY Mellon.
Baca Juga: Kelesuan Pasar Saham AS di Musim Panas Diprediksi Lebih Tajam Tahun Ini Yen dan Yuan Melemah
Sementara ketidakpastian suku bunga masih ada, investor telah mengejar pendapatan dan menjual mata uang dengan imbal hasil rendah seperti Yen Jepang, Yuan China, dan Franc Swiss terhadap Euro dan Dolar AS. Franc Swiss (CHF=EBS) telah melemah sepanjang tahun dan menyentuh level terendah sejak April 2023 pekan lalu di 0,9928 franc per euro (EURCHF=R). Yuan China (CNY=CFXS) mengakhiri pekan lalu lebih lemah dari 7,24 per Dolar AS, level terendah sejak awal Mei. Yen Jepang (JPY=EBS) mungkin akan membukukan kenaikan bulanan pertamanya tahun ini berkat dugaan intervensi dari otoritas Jepang pada akhir April dan awal Mei. Namun, Yen Jepang kemudian kembali melemah mendekati rekor terendah multi-dekade.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Tokyo yang akan dirilis pada hari Jumat merupakan panduan yang dapat diandalkan untuk tren nasional dan akan diawasi ketat. Peralihan AS untuk mempersingkat penyelesaian perdagangan saham dari dua hari menjadi satu hari juga akan dicermati dalam perdagangan mata uang minggu ini. Para pelaku pasar memperkirakan hal ini dapat mendorong perdagangan ke dini hari yang sepi di Asia.
Baca Juga: Saham di Wall Street Naik Akhir Pekan, Harga Minyak Melambung Jelang Liburan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hasbi Maulana