Forsa protes atas klaim Joko Mogoginta yang mewakili seluruh pemegang saham



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat mengklaim dirinya sebagai perwakilan seluruh pemegang saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), Joko Mogoginta yang merupakan Direktur Utama management lama AISA diprotes Forum Investor AISA (Forsa).

Lain halnya dengan Joko yang menilai hasil investigasi Earnst&Young; Indonesia (EY) tidak sah, Forsa justru meminta otoritas untuk menindaklanjuti laporan EY tersebut.

Perwakilan Forsa Deni Alfianto Amris mengatakan, hasil audit investigasi EY yang dilakukan manajemen baru AISA merupakan amanah dari seluruh pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Oktober 2018 lalu.


Untuk itu, mantan Dirut AISA tersebut dianggap kurang layak untuk mewakili suara seluruh pemegang saham AISA, khususnya Forsa. Apalagi, diungkapkan Deni, bahwa porsi kepemilikan saham anggota Forsa saat ini mencapai 5%, atau di bawah porsi kepemilikan saham Joko.

"Sebelumnya, shareholder mempertanyakan soal piutang usaha yang teraffiliasi, Joko menjawab akan mengklarifikasi segera. Tapi sampai sekarang, beliau tidak pernah klarifikasi bahwa piutang usaha tersebut 80% adalah afiliasi, malah investigasi EY," kata Deni kepada Kontan.co.id, Minggu (7/4).

Selain itu, pernyataan Joko yang mengatakan laporan EY tidak sah karena tidak dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) disanggah oleh Forsa. Ini karena, laporan audit investigasi tersebut dikategorikan sebagai fraud examiner, sehingga bisa dilakukan oleh lembaga lain yang memiliki sertifikasi di luar KAP.

Asal tahu saja, hasil laporan investigasi EY menunjukkan adanya overstatement hingga Rp 4 triliun pada laporan keuangan AISA untuk tahun buku 2017. Di mana, pada saat itu, perubahan berada di bawah kepemimpinan Joko Mogoginta selaku Direktur Utama.

Sehingga, forsa menilai tentu saja hasil laporan EY tersebut tidak akan memuaskan bagi mantan manajemen. "Tapi faktanya, banyak terjadi fraud. Sangat aneh jika Joko mewakili Forsa, kalau mau mewakili seluruh pemegang saham, harusnya menerima dengan baik hasil laporan investigasi EY," tegasnya.

Dia menjelaskan, kehadiran Forsa berasal dari situasi dan kondisi untrust pemegang saham kepada management dan pengendali lama AISA. Menurut Forsa, dalam kepemimpinan manajemen lama, transparansi tidak terjadi, sehingga dibutuhkan penyelesaian masalah secara jernih.

"Penyesalan management lama adalah sial tiada guna, kalau mereka berniat baik, lakukan tender offer di harga Rp 800 - Rp 1.000," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto