KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berhasil mencatat kesepakatan kerja sama gas bumi senilai Rp 94,4 triliun dalam kegiatan Forum Gas Bumi 2024. Kesepakatan tersebut berasal dari penandatanganan dua Memorandum of Understanding, antara Husky-CNOOC Madura Ltd. dan PT Pupuk Kujang, Husky-CNOOC Madura Ltd dan PT Cikarang Listrindo Tbk. Selain itu, ada Amandemen Perjanjuan Jual Beli Gas (PJBG) antara EMP Bentu dengan PT Kilang Pertamina Internasional, serta 27 PJBG.
Baca Juga: SKK Migas Optimistis Target Produksi Gas 12 BCFD pada 2030 Tercapai Wakil kepala SKK Migas, Shinta Damayanti, menyampaikan, dibutuhkan kesepahaman dari semua pihak agar optimasi pemanfaatan gas bumi dapat tercapai. "Kami berharap, KKKS dan pembeli gas bumi dapat mendukung dan memiliki pandangan yang sama atas strategi komersialisasi ini," kata Shinta dalam Forum Gas Bumi di Bandung, Jumat (21/6). Shinta menegaskan, SKK Migas berkomitmen mengoptimalkan produksi gas bumi untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dalam rangka meningkatkan multiplier effect dan perekonomian nasional. “Komitmen ini perlu diimbangi dengan kepastian komersialisasi potensi gas, sehingga target produksi gas 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) dapat tercapai,” ujar dia.
Baca Juga: SKK Migas Ungkap Potensi Gas Bumi di Wilayah Jawa Timur Melimpah Shinta mengakui pemanfaatan gas untuk domestik selama 10 tahun terakhir secara volume tidak mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2013, kebutuhan gas bumi dalam negeri sebesar 3.774 BBtud (british thermal unit per day). “Tahun 2023, serapannya berada diangka 4.075 BBtud atau hanya naik di bawah 10% selama 10 tahun," tutur dia. Sesuai target APBN Tahun 2024, lifting gas bumi ditetapkan sebesar 5.785 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). Per 19 Juni 2024, pencapaian penyaluran gas bumi berada diangka 5.305 MMSCFD atau sekitar 92% dari target APBN. “Yang perlu saya tekankan, belum tercapainya target ini tidak semata-mata karena ketidakmampuan KKKS dalam memproduksikan gas bumi. Pasalnya, di beberapa wilayah terdapat gas yang tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan,” kata dia. Contohnya, jelas Shinta, di wilayah Jawa Timur, pada tahun 2024 ini, kemampuan pasok KKKS dengan penyerapan pembeli memiliki gap yang cukup besar, setiap hari hampir 100 MMSCFD tidak dapat terserap. Hal yang sama terjadi di wilayah Natuna dengan volume yang tidak terpaut jauh dengan wilayah Jawa Timur, sekitar 90 MMSCFD.
Baca Juga: SKK Migas Ungkap Wilayah Jawa Barat Kekurangan Pasokan Gas untuk Industri “Kondisi ini menjadi pelajaran bagi kita semua, dibutuhkan perencanaan yang matang agar penyerapan gas bumi optimal, karena karakteristik gas bumi yang berbeda dengan minyak bumi, sekali diproduksi harus disalurkan,” kata dia. Melihat kondisi tersebut, ia menyampaikan, SKK Migas mendorong komersialisasi gas bumi dengan strategi PUSH dan PULL. PUSH adalah strategi komersial yang bertujuan untuk mengirimkan gas ke pusat kebutuhan dengan menggunakan infrastruktur, seperti pipa, kilang LNG skala kecil dan menengah, terminal regasifikasi, dan lainnya.
Sedangkan PULL adalah strategi komersial yang bertujuan untuk mengembangkan kebutuhan di dekat sumber gas bumi, seperti pembangunan industri petrokimia, smelter, pembangkit listrik, dan lainnya.
Baca Juga: Produksi Migas Alami Tren Penurunan, Pemerintah Genjot Aktivitas Hulu “Dengan dua strategi ini, kami berharap cadangan gas bumi yang ditemukan, dapat diproduksi dan tersalurkan dengan optimal untuk pemenuhan dalam negeri,” pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli