Foxconn tunda akuisisi Sharp



Pada menit terakhir, perusahaan Taiwan Foxconn menunda aksi akuisisinya terhadap Sharp. Keputusan ini menimbulkan tanda tanya atas kelanjutan akuisisi raksasa elektronik Jepang tersebut.

Foxconn mengatakan, pihaknya menerima informasi baru dari Sharp yang perlu diklarifikasi. "Kami akan menunda semua penandatanganan atas perjanjian definitif sampai kami sampai pada pemahaman yang memuaskan dan resolusi dari situasi ini," ungkap Foxconn Technology Group dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (25/2).

Kabar ini mendadak muncul hanya beberapa jam setelah pengumuman bahwa kedua perusahaan telah menyepakati nilai akuisisi sebesar US$ 4,3 miliar (Rp 57,6 triliun).

Jika berlanjut, akuisisi ini akan menjadi peristiwa bersejarah di sektor teknologi karena untuk pertama kalinya, perusahaan asing mencaplok perusahaan elektronik besar Jepang.

Para pejabat pemerintah Jepang enggan merelakan Sharp jatuh ke tangan asing karena perusahaan ini memiliki teknologi unggul dalam produk panel display-nya. Sebelum pengumuman tercapainya kesepakatan dengan Foxconn, Sharp telah mempertimbangkan penawaran dari sebuah konsorsium investor lokal yang didukung oleh pemerintah Jepang.

Foxconn dikenal sebagai perakit iPhones terbanyak di dunia. Sementara Sharp merupakan salah satu perusahaan teknologi tertua di Jepang. Didirikan pada tahun 1912, Sharp menciptakan sejumlah inovasi, termasuk pensil mekanis pada 1915 dan perintis pengembangan teknologi pertelevisian. Saat ini, Sharp mempekerjakan lebih dari 50.000 karyawan di seluruh dunia.

Meski beberapa tahun kinerjanya anjlok akibat beban utang, Sharp tetap menjadi pemimpin dalam teknologi layar likuid. Jika akuisisi terjadi, teknologi ini merupakan aset utama bagi Foxconn.

Berdasarkan skenario akuisisi, Sharp akan menerbitkan sejumlah saham baru, yang dibeli oleh Hon Hai Precision Industry Co Ltd alias Foxconn.

Menyusul pengumuman itu, perdagangan saham Sharp dihentikan sementara. Ketika dibuka kembali beberapa saat kemudian, harga saham Sharp langsung turun hampir 15%.

Beberapa pakar teknologi menilai kedua perusahaan mempunyai kecocokan. "Sharp kuat di riset dan pengembangan, sementara Hon Hai paham bagaimana memasarkan produk ke konsumen seperti Apple, dan juga ahli dalam hal produksi. Bersama, mereka akan mendunia," ujar Yukihiko Nakata, profesor teknologi dan mantan insinyur di Sharp kepada AFP.

Sebenarnya, Foxconn pertama kali menawarkan suntikan investasi kepada Sharp pada 2012. Ketika itu, perusahaan ini terancam bangkrut karena beban utang yang sangat besar. Namun pembicaraan ini tak menghasilkan kesepakatan. Sejak itu, Sharp telah mendapatkan dua kali bailout.

Editor: Asih Kirana