Free float 4 emiten tak berdampak banyak ke bursa



JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, ada 18 emiten yang belum memenuhi ketentuan free float atau minimal saham publik yang beredar sebesar 7,5%. Saat ini, BEI masih menunggu 18 emiten tersebut untuk melakukan pemenuhan free float dengan batas waktu terakhir 31 Januari 2016 mendatang.

Dari 18 emiten, ada empat emiten yang akan menambah jumlah saham beredarnya di BEI dalam waktu dekat. Keempatnya adalah PT Lion Metal Works Tbk (LION), PT Trust Finance Indonesia Tbk (TRUS), PT Asuransi Jasa Tania Tbk (ASJT), dan PT Danasupra Erapacific Tbk (DEFI).

Keempatnya akan melakukan kewajiban free float dengan melakukan rights issue, divestasi saham, maupun mekanisme lainnya. Namun, rencana empat emiten tersebut dianggap tidak akan mendongkrak kinerja transaksi di BEI pada akhir tahun.


Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, mengatakan transaksi di BEI justru akan meningkat pada tahun depan karena pasar diprediksi akan membaik.

"Empat emitennya kan tidak terlalu besar. Kalau dulu berbeda karena ada Sampoerna. Tapi minimal kalau bersama-sama 18 emiten lain tentu aturan free float itu akan meningkatkan transaksi," Ujarnya kepada KONTAN, Minggu (13/12).

Dengan aturan BEI yang masih menunggu pemenuhan kewajiban free float pada akhir Januari mendatang, dia melihat secara kumulatif akan memiliki dampak. Sehingga transaksi BEI akan meningkat di awal tahun 2016.

Senada dengan Hans, David Sutianto, Analis First Asia Kapital mengatakan bahwa keempat emiten yang akan melakukan free float merupakan emiten yang market cap-nya kecil. Sehingga tidak akan berdampak banyak terhadap transaksi di BEI.

"Keempatnya kan market cap-nya kecil, dampaknya juga kecil. kecuali yang free float itu yang besar. Akhir tahun paling yang mendorong transaksi BEI itu window dressing. Itu pun saya masih agak ragu," ujarnya.

Perlu diketahui, saat ini nilai transaksi harian di BEI hanya sebesar Rp 5,77 triliun. Hal ini masih di bawah target BEI yang sebelumnya membidik transaksi harian berada di level Rp 6 triliun pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie