KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Meski tengah memasuki masa transisi metode pertambangan, namun PT Freeport Indonesia (PTFI) masih ingin menggenjot produksi konsentrat tembaga. Buktinya, PTFI mengajukan tambahan kuota produksi kepada Kementerian ESDM. Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono. Bambang bilang, rencana penambahan kuota tersebut seiring adanya optimalisasi produksi di tambang Grasberg.
Baca Juga: Masuk masa transisi, produksi emas Freeport tinggal separuh Kendati tidak mengungkapkan detail angka yang diajukan, tapi Bambang menyampaikan bahwa tambahan kuota produksi konsentrat tembaga PTFI berkisar di angka 200.000-300.000 ton. "Tambahan 200.000-300.000 ton produksi konsentrat, itu karena ada optimalisasi di tambang Grasberg," kata Bambang, Kamis (25/7). Bambang menyebut, pengajuan tambahan kuota tersebut seiring dengan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang tengah berlangsung. Sehingga, persetujuan tambahan kuota produksi ini masih akan diputuskan pada bulan Agustus mendatang. "Sekarang sedang proses, lagi dievaluasi revisi RKAB, harapannya selesai Agustus," ujar Bambang. Seiring dengan penambahan kuota produksi, PTFI juga disebut akan mengajukan tambahan kuota ekspor konsentrat tembaga. Hanya saja, Bambang mengaku masih belum tahu berapa tambahan kuota ekspor konsentrat yang akan diajukan. Namun, Bambang memperkirakan tambahan kuota ekspor yang akan diajukan tak akan jauh berbeda dari volume tambahan kuota produksi. "Sepertinya akan in line dengan itu (pengajuan tambahan kuota produksi)," ujarnya.
Baca Juga: Inalum haus akuisisi, Dirut Inalum: Harga 20% saham INCO di bawah US$ 1,5 miliar Di sisi lain, dalam laporan Semester I Freeport-McMoran (FCX),
Chief Executive Officer FCX Richard C. Adkerson menyampaikan bahwa masa transisi tambang bawah tanah PTFI mencatatkan kinerja yang positif. "Kami melaporkan bahwa ramp-up bawah tanah di Grasberg maju sesuai rencana karena kami menargetkan peningkatan volume dan arus kas dari Grasberg distrik mineral," kata Adkerson dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/7). Selama kuartal II 2019, kegiatan ekstraksi bijih di tambang bawah tanah
Grasberg Block Cave rata-rata mencapai 7.400 metrik ton bijih per hari. FCX menargetkan, proses tersebut ditargetkan bisa meningkat hingga 15.000 metrik ton bijih per hari pada akhir 2019. Sedangkan tambang bawah tanah
Deep Mill Level Zone (DMLZ) yang terletak di sebelah timur blok Grasberg telah memulai produksi. Ekstraksi bijih dari tambang bawah tanah DMLZ rata-rata mencapai 7.700 metrik ton bjih per hari pada kuartal II 2019. Diperkirakan, ekstraksi bijih dari tambang bawah tanah DMLZ kan meningkat hingga 11.000 metrik ton bijih per hari pada akhir tahun 2019. "Seiring transisi dari tambang terbuka ke bawah tanah, produksi logam diharapkan meningkat pada 2021," imbuh Adkerson. Dalam laporan tersebut disebutkan, rata-rata pengeluaran modal tahunan PTFI untuk proyek pengembangan tambang bawah tanah diperkirakan mencapai US$ 0,7 miliar per tahun untuk periode empat tahun dari 2019 hingga 2022.
Adapun, selama paruh pertama tahun 2019, PTFI menggunakan kuota ekspor yang disetujui sekitar 180.000 metrik ton konsentrat untuk periode ekspor saat ini yang berakhir pada 8 Maret 2020. Dengan volume produksi yang diperkirakan lebih tinggi, PTFI juga sudah meminta persetujuan dari pemerintah untuk meningkatkan kuota ekspornya pada periode saat ini. PTFI berharap sudah bisa menerima persetujuan tambahan kuota ekspor pada Kuartal III 2019. Sebagai informasi, pada tahun ini PTFI telah mengantongi kuota produksi sekitar 1,3 juta ton konsentrat tembaga. Sedangkan izin ekspor telah diberikan pada 8 Maret 2019 dengan kuota ekspor sebesar 198.282 ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini