Freeport & Amman mulai bahas smelter bersama



JAKARTA. PT Freeport Indonesia dan PT Amman Nusa Tenggara ternyata sudah melakukan pembicaraan untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian konsentrat (smelter). Yang menjadi pembicaraan kedua perusahaan ini adalah terkait lokasi pendirian smelter.

Jurubicara Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan, sejauh ini belum ada keputusan yang mengikat ataupun perjanjian kerjasama berupa memorandum of understanding (MoU) dengan pihak Amman Mineral terkait proyek smelter. "Masih dalam pembahasan, belum ada MoU. Kalau dibilang sudah ada pertemuan, iya," terangnya di Gedung DPR, Rabu (7/6).

Riza menyatakan, setiap perusahaan memiliki kepentingan masing-masing dalam menentukan lokasi proyek. Misalnya, Amman Mineral yang akan membangun di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Sementara Freeport berkomitmen membangun smelter di Gresik, Jawa Timur. "Belum ada penjelasan sampai sejauh itu soal lokasi. Karena masing-masing punya kepentingan. Diskusi sudah ada, cuma belum ada yang diformalkan," tandas Riza


Presiden Direktur PT Amman Mineral Nusa Tenggara Rahmat Makkasau menyatakan, pihaknya terbuka untuk melakukan kerjasama pembangunan smelter. "Kami fokus ke selection technology-nya dahulu. Jadi masih proses pengembangan, kita belum memikirkan untuk joint. Tapi kita terbuka," ungkapnya di Gedung DPR, Rabu (7/6).

Ia belum bisa memberikan detail pendanaan pembangunan smelter itu. Yang jelas, nilai investasinya baru bisa diketahui apabila hasil studi sudah selesai. "Studi ditargetkan selesai Agustus mendatang," tandasnya.

Presiden Direktur PT Medco Energi Internasional, Hilmi Panigoro menjelaskan, akhir tahun ini konstruksi pembangunan smelter sudah bisa berjalan. "Smelter itu kita komitmen sama pemerintah. Tapi kapasitas, teknologi, dan kemitraan semua masih studi," ungkapnya. Medco adalah salah satu pemegang saham Amman.

Amman Mineral sejatinya sudah mendirikan badan usaha bernama PT Amman Mineral Industri sebagai operator smelter. Ini adalah smelter yang akan dibangun perusahaan ini di Pelabuhan Benete wilayah Tambang Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Kapasitasnya 2 juta ton per tahun dengan investasi US$ 1,5 miliar-US$ 1,6 miliar.

Terkait kerjasama pembangunan smelter, Arifin malah mengaku belum ada pembicaraan dengan pihak manapun. Tapi ia membuka peluang ke pihak manapun untuk bekerjasama. "Belum mengerucut," tandasnya.

Dirjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengaku, pihaknya belum menerima laporan kerjasama kedua perusahaan membangun smelter. "Belum ada," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini