Freeport berhenti beroperasi sementara



JAKARTA. Freeport Indonesia akan menghentikan produksi tambang tembaga untuk sementara. Hal ini terkait proses penyelidikan kecelakaan di tambang Grasberg yang terjadi beberapa waktu lalu.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Thamrin Sihite mengatakan, proses penghentian produksi tambang tersebut berlaku baik di tambang terbuka maupun tambang bawah tanah.

"Proses penyelidikan memakan waktu kira-kira tiga bulan. Freeport hanya diperbolehkan mengapalkan bijih konsentrat dari stok yang ada," kata Thamrin seperti dikutip dari Bloomberg.com.


Saat ini, penyidik masih melakukan investigasi terkait penyebab runtuhnya gedung pusat pelatihan di tambang Grasberg di Freeport pada 14 Mei lalu yang menewaskan 28 orang. Jumlah tersebut termasuk satu orang korban lagi yang tewas pada 1 Juni lalu akibat kecelakaan lain.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Dede Ida Suhendra menambahkan, ekspor tidak akan berarti apa-apa bila ada banyak korban yang tewas akibat kecelakaan penambangan. "Kegiatan produksi harus dihentikan," kata Dede.

Proses penyelidikan ini sudah dimulai pada 22 Mei 2013 lalu. Proses ini akan memakan waktu sekitar tiga bulan ke depan. Distopnya produksi salah satu tambang tembaga terbesar di dunia ini turut mengkhawatirkan kondisi pasokan global.

Harga tembaga di pasar London naik 0,5% menjadi US$ 7.347 per metrik ton. Pada Mei lalu sudah naik 3,6%.

Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia Daisy Primayanti menjelaskan, pihaknya belum bisa memastikan kapan tanggal produksi penambangan bisa beroperasi kembali. Saat ini, pihaknya terus berkomunikasi dengan pemerintah dan izin pertambangan kembali hanya akan diberikan setelah penyelidikan selesai.

"Kami akan bekerja sama dengan pemerintah dalam upaya kami untuk melanjutkan operasional kami," kata Daisy.

Sementara Kepala Cabang Mimika dari Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Virgo Solossa mengatakan, para pekerja telah menolak untuk bekerja kembali sampai direksi Freeport mau bertanggung jawab atas kecelakaan yang terjadi pada pertengahan Mei lalu itu. (Didik P Purwanto/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: