Freeport Indonesia Yakin Dapat Setor Rp 62 Triliun Per Tahun ke Negara Selepas 2041



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Freeport Indonesia (PTFI) memiliki sumber daya dan cadangan mineral yang masih melimpah di tambang bawah tanah Grasberg Papua. Jika mineral ini dapat terus diolah selepas 2041, PTFI dapat berkontribusi US$ 4 miliar atau setara Rp 62 triliun (asumsi kurs Rp 15.517 per USD) ke negara setiap tahunnya.  

Dalam catatan Kontan.co.id, izin usaha pertambangan khusus (IUPK) PTFI akan berakhir pada 2041. Saat ini pemerintah akan memberikan perpanjangan IUPK hingga 2061 lebih cepat kepada Freeport sebagai kepastian bisnis jangka panjang. 

Vice President Government Relation and Smelter Technical Support PT Freeport Indonesia, Harry Pancasakti menjelaskan cadangan mineral yang dimiliki PTFI jauh melebihi batas usia izin pertambangannya di Indonesia yakni hingga 2041. 


Baca Juga: Freeport Indonesia (PTFI) Kuasai Lebih dari 60% Saham PT Smelting

“Potensi ke depannya masih sangat besar, artinya untuk proses hilirisasi di Indonesia menjadi basis yang sangat solid untuk hilirisasi berbasis tembaga ke depannya,” ujarnya di acara IMEC 2023 di Financial Hall CIMB Niaga, Selasa (19/12).

Harry menyampaikan, Freeport Indonesia memiliki 1,6 miliar ton cadangan terbukti yang saat dini dioperasikan. Selain itu, PTFI juga menyimpan sekitar 3 miliar ton sumber daya berupa tembaga dan emas. Dengan investasi lebih lanjut, ini akan menjadi cadangan terbukti untuk operasi PTFI ke depan. 

“Potensi dari cadangan dan sumber daya untuk periode 2018 sampai 2041 sebesar US$ 80 miliar,” jelasnya. 

Baca Juga: Freeport Indonesia Targetkan Kontribusi Rp 70 Triliun Untuk Negara

Sedangkan jika izin tambang PTFI dilanjutkan setelah 2041 maka kontribusi PTFI ke negara bisa mencapai US$ 4 miliar per tahun. 

Sejalan dengan potensi yang sangat besar, Freeport Indonesia juga menyatakan tembaga akan menjadi salah satu logam penting dalam mendukung transisi energi. Misalnya saja, kebutuhan tembaga untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) 4 kali lipat lebih banyak dibandingkan kendaraan konvensional. 

Kemudian kebutuhan tembaga untuk pembangkit energi baru terbarukan (EBT) juga sangat tinggi. Sebagai gambaran, dibutuhkan 1,5 ton tembaga untuk 1 Megawatt (MW) pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB). Kemudian di panel surya dibutuhkan sekitar 5,5 ton per MW. 

“Untuk baterai kendaraan listrik komposisi tembaga cukup signifikan sekitar 10,8% dan ini juga sangat krusial, tentunya kita harus punya cadangan tembaga yang cukup kalau memang EV ini ke depan akan jadi salah satu backbone dari transisi kita ke depannya,” tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .