KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak hanya potensi bencana di dunia saja yang meningkat frekuensinya. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, potensi peningkatan potensi bencana juga terjadi di Indonesia. Bahkan potensi peningkatan frekuensi bencana di Indonesia meningkat hingga 5 kali lipat. Peningkatan tersebut terjadi selama 50 tahun terakhir. Untuk itu, Jokowi menekankan pentingnya kehati-hatian bagi semua pihak. "Hati-hati. Frekuensi bencana di Indonesia juga mengalami peningkatan yang drastis yaitu naik 81% dari yang sebelumnya pada 2010 yaitu 1.945 kemudian 2022 kemarin 3.542. Kenaikannya sekali dalam 12 tahun ini 81%," kata Jokowi dalam Kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (16/2).
Baca Juga: Prabowo Pinjamkan Hercules TNI AU Bantu Pemerintah Turki Distribusikan Bantuan Gempa Meski demikian, pemerintah berharap agar tidak terjadi bencana hingga kecelakaan besar. Dimana sebelumnya di Indonesia mengalami beberapa kecelakaan besar. Di antaranya, kecelakaan Air Asia di 2014 di perairan Belitung, kemudian Sriwijaya SJ 182 di Kepulauan Seribu, Lion Air JT 610 di perairan Karawang pada 2018 dan juga kapal motor Sinar Bangun di Toba di 2018. Jokowi menilai, selama ini kecepatan Badan SAR Nasional atau Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) dalam merespon bencana dan kecelakaan sudah sangat cepat. Kecepatan evakuasi dalam merespon kejadian bencana dan kecelakaan menjadi sebuah kewajiban. Maka, Jokowi menegaskan Basarnas harus dilengkapi dengan peralatan evakuasi dengan teknologi yang mumpuni. "Oleh sebab itu menurut saya yang namanya penggunaan teknologi untuk mempercepat pencarian dan pertolongan ini sangat penting. Meskipun tadi Pak Hendri (Kepala Basarnas) menerangkan di halaman, beberapa peralatan yang sudah kita miliki tetapi menurut saya masih banyak yang harus dimiliki oleh Basarnas," imbuhnya. Ia menyebut, Basarnas juga perlu memiliki Drone Rescue yang digunakan untuk mengevakuasi korban bencana/kecelakaan. Kemudian, untuk efektivitas pertolongan dan pencarian korban, Basarnas perlu memiliki robot ular. Sedangkan untuk efektivitas pertolongan dan pencarian korban di perairan Basarnas perlu memiliki robot diver. Dimana teknologi ini dapat mencapai kedalaman lebih dari 1.000 meter hingga 1 kilometer. Demikian juga peralatan dengan teknologi yang bisa memudahkan mencari korban di ketinggian. "Hal-hal seperti ini yang Basarnas harus segera memiliki. Saya enggak tahu anggarannya ada atau enggak ada. Kalau nggak ada tentunya segera diajukan Nanti Pak Menko PMK tolong dicatat Pak, Menteri Sekretaris Kabinet di bantu Basarnas untuk memiliki peralatan yang tadi saya sampaikan," paparnya. Ia menjelaskan, teknologi tak hanya mempermudah dalam evakuasi korban tapi juga melindungi para personel tim SAR. Selain itu perlu juga adanya edukasi kepada masyarakat dalam proses pertolongan dan pencarian korban.
Baca Juga: Bantu Pasca Gempa, Tim Kemanusiaan RI Akan Bertugas di Antakya, Provinsi Hatay Turki Ia meminta agar Basarnas melakukan edukasi terutama pada masyarakat di tempat-tempat yang sering mengalami kejadian bencana.
"Mengedukasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting agar masyarakat memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pertolongan pertolongan awal. Penting sekali mulai di lakukan mengintervensi mengedukasi masyarakat agar ngerti apa yang harus dilakukan pada saat-saat kejadian awal," paparnya. Kepala Basarnas Henri Alfiandi mengatakan, pihaknya terus melakukan kolaborasi dan peningkatan inovasi dalam peralatan SAR (search and rescue) dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru. Hal tersebut untuk mengoptimalkan penyelenggaraan SAR. "Kami selalu kolaborasi dan meningkatkan inovasi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru dalam peralatan SAR," kata Hendri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi