FREN Putuskan Menunda Bayar Bunga Obligasi Dolar



JAKARTA. Pemegang obligasi dolar milik PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) harus gigit jari. Perusahaan telepon yang memiliki merek dagang Fren itu menunda pembayaran bunga obligasi dolar yang telah jatuh tempo 2 Maret 2009.

Manajemen Mobile-8 beralasan, sengketa obligasi dolar AS terbitan FREN sudah masuk ranah hukum. Ini terjadi karena DB Trustee Limited, selaku wali amanat pemegang obligasi dolar FREN, mendaftarkan gugatannya ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. "Untuk sementara ini, kami memutuskan tidak akan melaksanakan pembayaran bunga sampai mendapat petunjuk dari pengadilan," ungkap Sekretaris Perusahaan Mobile-8 Chris Taufik kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin (11/2).

Sekadar informasi, FREN menerbitkan obligasi sebesar US$ 100 juta pada Agustus 2007, melalui anak usahanya Mobile-8 B.V. Obligasi tersebut sejatinya akan jatuh tempo pada Maret 2013.


FREN menawarkan bunga obligasi dolar terbitannya itu sebesar 11,25% per tahun. Pembayaran bunga dilakukan dua kali setahun, yakni pada 1 Maret dan 1 September setiap tahunnya.

Chris tidak menyebutkan nilai kewajiban bunga yang mesti FREN bayarkan kepada para pemegang obligasi dolar. "Saya lupa nilainya," ujarnya.

Tapi, dengan bunga sebesar 11,25%, hitung punya hitung, FREN harus membayar bunga sekitar US$ 11,25 juta per tahun. Dengan kurs Rp 12.000 per dolar AS, berarti kewajiban pembayaran bunga FREN mencapai Rp 135 miliar per tahun.

Pemegang obligasi dolar FREN sendiri sudah menganggap FREN wanprestasi karena tak sanggup membeli kembali obligasi itu pada pertengahan Desember 2008 lalu. FREN wajib membeli kembali obligasi US$ 100 juta karena ada perubahan pemegang saham pengendali di FREN.

Sementara untuk obligasi FREN dalam rupiah senilai Rp 675 miliar, kata Chris, sampai saat ini masih dalam negosiasi penyelesaian dengan pemegang obligasi rupiah. FREN sudah bersedia menambah jaminan dari 110% menjadi 130% dari nilai obligasi.

Sekarang ini negosiasi tinggal soal tawaran restrukturisasi obligasi rupiah. "Ada beberapa tawaran restrukturisasi dari FREN, tapi tak bisa kami sebutkan," ujar Chris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie