KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Startup Fresh Factory mengumumkan telah meraih pendanaan sebesar US$ 4,15 juta pada penggalangan dana Pra-Seri A yang dipimpin oleh SBI Ven Capital. Perusahaan rintisan yang bergerak bidang sistem rantai dingin terintegrasi dan
enabler ini akan menggunakan dana tersebut untuk memperluas jaringan. SBI Ven Capital memberikan pendanaan bersama dengan Kyobo Securities dan NTUitive, PT Tap Applied Agri Services, serta partisipasi dari investor eksisting yakni East Ventures, Trihill Capital, dan Fresh Factory akan memperluas jaringan menjadi lebih dari 100 titik pusat layanan fulfilment di 50 kota di Indonesia pada akhir 2023. Ekspansinya akan difokuskan ke kota-kota dengan jumlah populasi tinggi di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan dan kota-kota lapis kedua di Jawa.
Pendanaan ini akan mengakselerasi pertumbuhan Fresh Factory untuk mendukung pencapaian target sebagai perusahaan Indonesia yang menyediakan layanan
end-to-end (dari hulu ke hilir) dalam logistik dan
cold chain fulfilment dengan strategi
hyperlocal. Perusahaan juga akan berinvestasi untuk merekrut talenta terbaik, meningkatkan kualitas layanan eksisting, dan mendorong efisiensi logistik dengan terus memperluas jaringan fulfilment untuk produk segar dalam layanan cold chain yang disediakan perusahaan. Larry Ridwan, Founder dan
Chief Executive Officer Fresh Factory mengatakan, misi mereka adalah mentransformasi layanan
fulfilment bagi
e-commerce pada bisnis
cold chain di Indonesia. Solusi inovatif kami, serta kepemimpinan dan strategi dengan pendekatan lokal telah menarik perhatian pelanggan dan talenta-talenta terbaik. "Dengan didukung jajaran investor ternama, Fresh Factory akan terus meraih pencapaian yang lebih besar lagi dan menjadikan posisi kami semakin solid sebagai standar di industri cold chain fulfillment,” kata dia dalam keterangan resminya, Senin (3/4). Kebutuhan terhadap layanan infrastruktur cold chain di Indonesia terus meningkat sejalan dengan semakin luasnya penggunaan e-commerce dan online groceries. Pasar cold chain di Indonesia tumbuh dengan
Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 10,7% pada 2016 hingga 2021, dan diperkirakan tumbuh 12,9% antara 2021 dan 2026. Ryosuke Hayashi, CEO di SBI Ven Capital mengatakan, Fresh Factory berhasil mengidentifikasi komponen paling esensial yang dibutuhkan ekosistem logistik di Indonesia. Layanan yang dimiliki dapat mengakomodir tingginya permintaan pada layanan hiperlokal cold chain fulfilment, serta permintaan jasa logistik dari pelanggan dan pebisnis. “Kami sangat senang dapat bermitra dengan Fresh Factory guna mendukung visi mereka membangun perusahaan dan mentransformasikan lansekap sektor logistik di Indonesia,” ujar Ryosuke Hayashi.
Sementara itu, Avina Sugiarto Partner di East Ventures mengatakan, pihaknya siap mendukung pertumbuhan Fresh Factory sejalan dengan keberhasilan startup tersebut membuat langkah signifikan dalam menjadikan layanan logistik rantai dingin di berbagai wilayah Indonesia lebih efisien dan semakin mudah diakses. Fresh Factory menargetkan layanan logistik cold chain untuk produk makanan dan minuman (F&B), obat-obatan, produk kecantikan dan perawatan kulit, serta beberapa chip. Untuk itu, perusahaan ini menyederhanakan seluruh aspek dalam logistik
cold chain mulai dari mengoperasikan layanan fulfilment berskala mikro untuk mendukung pengiriman produk ke destinasi akhir serta mendorong digitalisasi pada tahap awal di mana produk dikirim dari klien ke pusat
fulfilment Fresh Factory. Sejak diluncurkan, Fresh Factory telah tumbuh dari memiliki sebanyak 20 pusat layanan fulfilment menjadi lebih dari 40 pusat layanan
fulfilment di 22 kota di Indonesia, serta memperluas layanan ke pemesanan ritel, di samping layanan untuk pemesanan langsung ke pelanggan. Dalam satu tahun terakhir,
Gross Merchandise Value (GMV) Fresh Factory meningkat 10 kali lipat, dan jumlah klien meningkat dua kali lipat. Saat ini, Fresh Factory melayani beragam perusahaan berskala besar termasuk Danone dan Sirclo, serta Eden Farm dan Kin Dairy Fresh Milk. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk