Frisian Flag bidik penjualan naik 10%



BANDUNG. Permintaan susu yang tinggi saban tahun membuat produsen susu berlomba menggenjot pertumbuhan penjualan. Tak terkecuali PT Frisian Flag Indonesia.Anton Susanto, Manajer Komunikasi Perusahaan Frisian Flag mengatakan tingkat konsumsi susu di Indonesia terus meningkat dua tahun terakhir. Tahun 2008, konsumsi susu per kapita sekitar 7,8 liter. Tahun 2010 ini tingkat konsumsi susu per kapita telah naik cukup signifikan, menjadi 11 liter.Melihat potensi pasar yang semakin besar tersebut, produsen susu cap Bendera ini optimistis tahun depan penjualannya akan bisa tumbuh lebih dari 10%. Namun Anton bilang, pasar susu juga sedikit berubah. "Pasar produk susu di Indonesia semakin berkembang ke segmen yang lebih spesifik," katanya kemarin.Saat ini Frisian Flag memproduksi tiga jenis produk susu yaitu susu kental manis, susu bubuk, dan susu cair. "Dari ketiga produk ini, lebih dari 50% penjualan kami berasal dari susu kental manis," jelasnya. Frisian Flag memasarkan produk antara lain dengan merek Bendera, Yes!, dan Omela.FFI memproduksi susu di dua pabriknya di Ciracas, Bogor, dan Pasar Rebo, Jakarta. Produksi kedua pabrik ini mencapai 2,5 juta liter per hari tahun ini, naik 15% dari 2009.Hendro Haryogi Poedjono, Direktur Pemasaran Perdagangan Frisian Flag pernah bilang, tahun 2010 perusahaan ini membidik pendapatan Rp 7 triliun. Jumlah ini tumbuh 16,6% dari penjualan tahun lalu yang sebesar Rp 6 triliun. Ini membuat pangsa pasar Frisian Flag mencapai 30%, naik dari tahun lalu 29%. Kenaikan itu diperoleh karena FFI mengembangkan bisnis di Indonesia Timur.Untuk menggenjot penjualan, menurut Anton, Frisian Flag akan terus berinovasi lewat produk baru. Tahun ini saja, FFI sudah meluncurkan tiga produk susu varian baru. Ketiga produk itu antara lain Energo, Creamer, dan susu kental manis Bendera Gold. "Kami ingin menyasar konsumen spesifik," katanya. FFI membutuhkan bahan baku sebanyak 1.900 ton susu setiap hari. Dari jumlah itu, hanya 25% atau sekitar 475 ton yang dipasok dari dalam negeri, sementara 75% atau sekitar 1.425 ton bahan baku susu masih diimpor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini