Frost & Sullivan: 1 dari 3 konsumen di Asia Tenggara mau beli mobil listrik



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Satu dari tiga konsumen di Asia Tenggara yang berencana untuk membeli kendaraan menunjukkan sikap terbuka terhadap opsi kendaraan listrik. Temuan ini mendemonstrasikan potensi kuat pasar mobil listrik di Asia Tenggara untuk mempercepat elektrifikasi kendaraan.

Temuan tersebut berasal dari studi oleh Frost & Sullivan yang didukung oleh Nissan berjudul “Future of Electric Vehicles in Southeast Asia,”. Riset tersebut dirilis pada hari ini (6/2) di Singapura dalam acara Nissan Futures, sebuah ajang yang mempertemukan pada pemimpin industri, pejabat pemerintah dan media.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2018 di enam negara yakni Singapura, Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam and Filipina. Temuan ini didasarkan pada 1.800 responden konsumen secara daring dan tatap muka.


Dalam risetnya tersebut, menunjukkan 37% pembeli prospektif siap mempertimbangkan pembelian mobil listrik sebagai kendaraan mereka yang berikutnya. Pelanggan di Filipina, Thailand dan Indonesia menjadi segmen yang menunjukkan ketertarikan tertinggi pada mobil listrik. Dengan insentif yang tepat, wilayah ini dapat mempercepat migrasi ke mobil listrik, menurut penelitian tersebut.

Meski potensi permintaan kendaraan listrik signifikan, sejumlah penghalang tetap ada, salah satunya faktor kurang informasi. Rasa cemas akan kehabisan daya di tengah jalan menjadi yang utama. Konsumen juga tidak yakin akan standar keamanan mobil listrik.

“Lompatan pesat menuju elektrifikasi mobil membutuhkan kolaborasi yang kuat antara pihak pemerintah dan swasta, juga pendekatan jangka panjangyang telah disesuaikan dengan setiap kondisi pasar yang unik,” Yutaka Sanada, Regional Senior Vice President Nissan Motor Co. Ltd, dalam keterangan pers, Selasa (6/2).

Menurutnya konsumen di Asia Tenggara mengindikasikan pentingnya peran pemerintah mereka dalam promosi mobil listrik. "Sementara itu, sebagai produsen, Nissan harus mampu menjelaskan lebih baik lagi mengenai keamanan EV, sebagai opsi yang cerdas dan bisa diandalkan untuk kondisi cuaca apapun," tambah Sanada.

Vivek Vaidya, Senior Vice President of Mobility di Frost & Sullivan menambahkan, angka penggunaan kendaraan listrik yang ada sekarang tidak seutuhnya mencerminkan permintaan yang ada di baliknya, yang nyatanya jauh lebih tinggi.

Berlawanan dengan pandangan yang ada di masyarakat bahwa biaya EV yang tinggi menjadi penghambat, riset menunjukkan bahwa faktor keamanan dan pengisian ulang mendominasi benak konsumen. "Jika industri dan pemerintah dapat menyingkirkan penghalang ini, kita akan meraih potensi yang maksimal," ujara Vivek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini