FSPO Marlin Natuna Berkapasitas 250.000 Barel Siap Berlayar Tampung Migas



KONTAN.CO.ID - BATAM. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan PT Medco E&P Indonesia (Medco Energi) meresmikan full konversi pembangunan kapal tanker menjadi floating storage production and offloading (FPSO) atau unit penyimpanan dan pembongkaran produksi migas terapung di kawasan galangan kapal Pan Ocean di Tanjung Uncang, Batam, Kepulauan Riau, Senin (30/9).

Proyek konversi dari kapal tanker ke FPSO ini memiliki kapasitas produksi mencapai 250.000 barel minyak per hari (BOPD) dengan nilai investasi US$ 236 atau setara Rp 3,5 triliun merupakan proyek pertama kali yang dikerjakan di Indonesia dengan tenaga kerja lokal dan memasuki tahap sail away (berlayar) pada Oktober 2024 ini.

Proyek konversi dari kapal tanker ke FPSO ini dilakukan untuk menampung minyak dan gas bumi dari Proyek Forel dan Bronang yang ditargetkan mulai berproduksi pada November 2024 dengan produksi sebesar 10.000 barel minyak per hari dari Natuna, Kepulauan Riau.


Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo mengatakan, FSPO ini merupakan masterpiece karena menjadi yang pertama di Tanah Air. FPSO Marlin Natuna merupakan salah satu bagian dari pekerjaan proyek pengembangan lapangan Forel Bronang yang masuk dalam wilayah kerja South Natuna Sea Block B yang dioperatori oleh Medco E&P Natuna Limited.

"Proyek ini bertujuan untuk memproduksi cadangan minyak 13,4 miliar barel oil dari lapangan Forel yang berlokasi di Laut Natuna Kepulauan Riau," kata Wahju di Batam, Senin (30/9).

Baca Juga: Jika Perusahaan Rampungkan Pembangunan Smelter, Pemerintah Beri Izin Ekspor Tembaga

Wahju menuturkan, Proyek Forel mencakup dua pekerjaan besar, pertama pengerjaan FPSO Marlin Natuna dan kedua pembangunan rangkaian fasilitas produksi yang antara lain, satu anjungan Well Head Platform (WHP) Forel yang akan digunakan untuk lima sumur produksi, satu sumur injeksi gas, dan dua sumur tambahan untuk produksi di masa depan.  Fasilitas produksi juga akan digunakan untuk satu anjungan Well Head Platform Bronang untuk satu sumur produksi dan dua sumur cadangan.

Konversi kapal tanker ke FPSO ini merupakan bagian dari upaya penting SKK Migas dan KKKS Medco Energi meningkatkan kapasitas produksi minyak dan gas guna mendukung ketersediaan energi nasional.

Menurut Wahju, fasilitas WHP Forel, WHP Bronang dan instalasi pipa bawah laut tersebut saat ini sudah selesai dan menunggu FPSO Marlin Natuna untuk sail away ke Laut Natuna dan melanjutkan tahapan commissioning terintegrasi (integrated commissioning) dari keseluruhan fasilitas produksi Proyek Forel-Bronang.

“WHP Bronang bahkan sudah onstream dan mengalirkan gas ke fasilitas MoGPU Hang Tuah sejak September 2023, memberikan kontribusi terlebih dahulu terhadap negara,” ujar Wahju.

Adapun, total investasi yang dibutuhkan untuk pengerjaan Proyek Forel-Bronang secara keseluruhan mencapai sekitar US$236 juta atau sekitar Rp. 3,5 triliun dengan angka konversi saat ini.

“Kami berharap investasi tersebut tidak hanya berhasil mewujudkan fasilitas produksi hulu migas, tetapi juga mampu menciptakan multiplier effect bagi perekonomian nasional,” tutur Wahju.

Wahju menambahkan, FPSO Marlin Nagtuna merupakan salah satu proyek minyak terbesar pada tahun ini yang akan onstream.

Direktur Utama Medco E&P Ronald Gunawan mengatakan, Proyek Forel akan segera onstream pada kuartal ke-IV 2024 yang akan membantu untuk meningkatkan produksi minyak nasional dan akan membantu keekonomian di blok B Natuna. 

Kepala Divisi Manajemen Proyek SKK Migas Syaifuddin menambahkan produksi minyak dari blok B Natuna saat ini menyentuh 10.000 barel per hari, dengan mulai produksinya Proyek Forel maka akan menambah produksi minyak dua kali lipat dari blok B Natuna.

Untuk diketahui, proyek FPSO dikembangkan sejak 2020 yang bertujuan untuk mengembangkan lapangan minyak Forel yang merupakan lapangan marginal untuk diintegrasikan dengan lapangan gas Baronang dirancang akan menghasilkan minyak 10.000 barel per hari.

Pengembangan proyek forel meliputi pengeboran 5 sumur minyak dan 1 sumur injeksi di lapangan forel dan 1 sumur gas di lapangan Baronang, pembangunan anjungan lepas pantai di lapangan forel dan Bronang berikut instalasi pipa gas panjang 20 km dan penyediaan FPSO untuk memproses penyimpanan dan pembongkaran produksi minyak dari lapangan forel.

Pengeboran 7 sumur dan 2 pemasangan anjungan dan pipa gas sudah dilakukan dengan sukses tahun lalu dan saat ini adalah penyelesaian tahap akhir konversi pembangunan kapal tanker menjadi FPSO.

Di FPSO ini, hidrokarbon akan diproses melalui peralatan pemrosesan minyak, treatment air, serta kompresi gas. Proses topside terdiri dari 17 modul yang proses fabrikasi dan konstitusinya tersebar di beberapa pabrikasi Nord, di Batam dan Bintan.

Baca Juga: SKK Migas Gandeng Akademisi Garap Proyek Kutei North Hub

Selanjutnya: Pelatihan Apoteker oleh PAFI: Meningkatkan Kompetensi di Bidang Obat Medis

Menarik Dibaca: Promo McD Happy Meal Oktober 2024, Berhadiah Mainan Sepatu Sandal Crocs

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati