JAKARTA. Langkah Australia dan China yang sepakat menandatangani perjanjian kerjasama bebas alias Free Trade Agreement (FTA) tak membuat pengusaha Indonesia ketar ketir. Sebab, Indonesia masih dianggap sebagai pasar potensial bagi produsen asal Negeri Kanguru itu. Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Lopis, mengatakan, walaupun 55% dari suplai gandum untuk industri tepung terigu didatangkan dari Australia, setelah FTA berlaku, suplai ke pasar Indonesia tidak akan terpengaruh. Terlebih, kedua negara itu merupakan penghasil gandum. Dia yakin, kebutuhan kedua negara dapat terpenuhi dari produksi dalam negerinya masing-masing. Jadi, pasokan ke Indonesia masih tergolong aman. "Kadang, kami juga ada gandum dari China," kata Ratna, Rabu (19/11).
FTA Australia-China tak merisaukan
JAKARTA. Langkah Australia dan China yang sepakat menandatangani perjanjian kerjasama bebas alias Free Trade Agreement (FTA) tak membuat pengusaha Indonesia ketar ketir. Sebab, Indonesia masih dianggap sebagai pasar potensial bagi produsen asal Negeri Kanguru itu. Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Lopis, mengatakan, walaupun 55% dari suplai gandum untuk industri tepung terigu didatangkan dari Australia, setelah FTA berlaku, suplai ke pasar Indonesia tidak akan terpengaruh. Terlebih, kedua negara itu merupakan penghasil gandum. Dia yakin, kebutuhan kedua negara dapat terpenuhi dari produksi dalam negerinya masing-masing. Jadi, pasokan ke Indonesia masih tergolong aman. "Kadang, kami juga ada gandum dari China," kata Ratna, Rabu (19/11).