JAKARTA. Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Agung Kuswandono mengatakan, salah satu penyebab risiko fiskal penerimaan kepabeanan dan cukai 2012 adalah konsekuensi dari komitmen kerjasama perdagangan internasional melalui skema perdagangan bebas. Menurut Agung, komitmen kerjasama Free Trade Agreement (FTA) selalu ada positif dan negatifnya. Menurutnya FTA sudah harus dipertimbangkan karena ada penurunan bea masuk. “Jadi tinggal kita lihat peluang dan konsekuensinya. Kalau dari bea cukai, konsekuensinya tentu akan ada penurunan bea masuk," ujarnya di Jakarta, Senin (12/9). Skema FTA selama ini juga mereduksi tarif bea masuk. "Secara peluang, itu bisa dilihat tidak hanya dari penerimaan. Untuk ekspor, mereka juga akan mendapatkan FTA di negara partner kan, dan bisa mendapatkan peluang peningkatan usaha," katanya. Agung berkilah, penurunan tarif bea masuk ini wajar saja karena merupakan konsekuensi logis dari FTA. Menurutnya, yang bisa digenjot sekarang adalah aspek volume impor. Dijelaskannya, jika ada kenaikan volume impor, maka ada tarif bea masuk. Selain itu, dengan adanya FTA, bea cukai sudah 0 persen. "Bea masuk untuk alat komunikasi rata-rata sudah 0%. FTA bisa ditinjau ulang, tetapi pasti ada konsekuensinya," ujarnya. Agung mengatakan, risiko fiskal kepabeanan lainnya adalah kebijakan tarif umum bea masuk yang cenderung menurunkan tarif efektif rata-rata bea masuk dan juga kebijakan non tarif yang berorientasi pada pengendalian barang impor dan penggunaan produk dalam negeri. Sementara itu, pemerintah akan melakukan optimalisasi penerimaan kepabeanan di tahun 2012. Optimalisasi tersebut dilakukan dengan tiga cara, yakni peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi barang impor, perubahan kebijakan bea keluar, dan optimalisasi fungsi unit pengawasan melalui patroli darat dan laut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
FTA menurunkan penerimaan pabean
JAKARTA. Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Agung Kuswandono mengatakan, salah satu penyebab risiko fiskal penerimaan kepabeanan dan cukai 2012 adalah konsekuensi dari komitmen kerjasama perdagangan internasional melalui skema perdagangan bebas. Menurut Agung, komitmen kerjasama Free Trade Agreement (FTA) selalu ada positif dan negatifnya. Menurutnya FTA sudah harus dipertimbangkan karena ada penurunan bea masuk. “Jadi tinggal kita lihat peluang dan konsekuensinya. Kalau dari bea cukai, konsekuensinya tentu akan ada penurunan bea masuk," ujarnya di Jakarta, Senin (12/9). Skema FTA selama ini juga mereduksi tarif bea masuk. "Secara peluang, itu bisa dilihat tidak hanya dari penerimaan. Untuk ekspor, mereka juga akan mendapatkan FTA di negara partner kan, dan bisa mendapatkan peluang peningkatan usaha," katanya. Agung berkilah, penurunan tarif bea masuk ini wajar saja karena merupakan konsekuensi logis dari FTA. Menurutnya, yang bisa digenjot sekarang adalah aspek volume impor. Dijelaskannya, jika ada kenaikan volume impor, maka ada tarif bea masuk. Selain itu, dengan adanya FTA, bea cukai sudah 0 persen. "Bea masuk untuk alat komunikasi rata-rata sudah 0%. FTA bisa ditinjau ulang, tetapi pasti ada konsekuensinya," ujarnya. Agung mengatakan, risiko fiskal kepabeanan lainnya adalah kebijakan tarif umum bea masuk yang cenderung menurunkan tarif efektif rata-rata bea masuk dan juga kebijakan non tarif yang berorientasi pada pengendalian barang impor dan penggunaan produk dalam negeri. Sementara itu, pemerintah akan melakukan optimalisasi penerimaan kepabeanan di tahun 2012. Optimalisasi tersebut dilakukan dengan tiga cara, yakni peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi barang impor, perubahan kebijakan bea keluar, dan optimalisasi fungsi unit pengawasan melalui patroli darat dan laut.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News