FTX Bangkrut, Dana Investor Rp 15,4 Triliun Raib, Polisi Bahama Turun Tangan



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Polisi Kerajaan Bahama pada hari Minggu (13/11/2022), bakal menyelidiki runtuhnya bisnis FTX. Pihak kepolisian akan mencari apakah ada pelanggaran pidana yang terjadi.

Mengutip Reuters, FTX mengajukan kebangkrutan pada hari Jumat (11/11/2022). Ini menjadi salah satu ledakan kripto profil tertinggi, setelah para trader bergegas menarik dana senilai US$ 6 miliar atau setara dengan Rp 92,7 triliun (kurs Rp 15.400) dari platform tersebut hanya dalam kurun waktu 72 jam. 

Dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu, Polisi Kerajaan Bahama mengatakan: “Mengingat runtuhnya FTX secara global dan likuidasi sementara FTX Digital Markets Ltd., tim penyelidik keuangan dari Cabang Investigasi Kejahatan Keuangan bekerja sama dengan Bahama Securities untuk menyelidiki jika ada pelanggaran pidana yang terjadi.”


FTX tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Chief Executive FTX yang baru diangkat John J. Ray III mengatakan pada hari Sabtu bahwa perusahaan tersebut bekerja dengan penegak hukum dan regulator untuk mengurangi masalah, dan melakukan setiap upaya untuk mengamankan semua aset, di mana pun berada.

Kegagalan FTX telah mengubah imej pendirinya yang berusia 30 tahun, Sam Bankman-Fried, yang kerap mengenakan celana pendek dan pakaian T-shirt, berubah dari sosok di bisnis kripto yang penuh dengan kesuksesan menjadi protagonis dari kehancuran terbesar industri ini.

Baca Juga: US$ 1 Miliar Dana Nasabah FTX Menguap, CEO Bingung Baca Label

Pasar kripto anjlok akibat kecemasan atas pasar pertukaran FTX yang kacau

Keberadaan Bankman-Fried, yang tinggal di Bahama, saat ini juga menjadi bahan spekulasi, Namun, dia membantah rumor di Twitter bahwa dia telah terbang ke Amerika Selatan. 

Ketika ditanya oleh Reuters pada hari Sabtu apakah dia telah terbang ke Argentina, dia menjawab dalam pesan teks: "Tidak". Dia mengatakan kepada Reuters bahwa dia berada di Bahama.

Seorang sumber mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat, gejolak di FTX telah menyebabkan setidaknya dana milik investor senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15,4 triliun menghilang dari platform. 

Dia menambahkan, Bankman-Fried telah mentransfer dana senilai US$ 10 miliar ke perusahaan perdagangannya, Alameda Research.

Baca Juga: Kapitalisasi Pasar Kripto Terendah Dalam Dua Tahun, Begini Prospek Aset Kripto

Masalah baru muncul pada hari Sabtu ketika penasihat umum FTX AS Ryne Miller mengatakan dalam sebuah postingan Twitter bahwa aset digital perusahaan dipindahkan ke apa yang disebut penyimpanan dingin alias cold storage untuk mengurangi kerusakan setelah mengamati transaksi yang tidak sah.

Penyimpanan dingin mengacu pada dompet kripto yang tidak terhubung ke internet untuk menjaganya dari peretas.

Perusahaan analitik Blockchain Nansen mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka melihat arus keluar senilai US$ 659 juta dari FTX International dan FTX US dalam 24 jam terakhir.

Dalam petisi kebangkrutannya, FTX Trading mengatakan memiliki aset senilai US$ 10 miliar hingga US$ 50 miliar, kewajiban US$ 10 miliar hingga US$ 50 miliar, dan lebih dari 100.000 kreditur. 

Ray, seorang ahli restrukturisasi, ditunjuk untuk mengambil alih posisi sebagai CEO FTX. Sebuah dokumen yang dibagikan Bankman-Fried dengan investor pada hari Kamis dan ditinjau oleh Reuters menunjukkan FTX memiliki kewajiban US$ 13,86 miliar dan aset US$ 14,6 miliar.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie