Fulus akbar di Asian Games 2018: Siapa saja yang bakal menikmati ? (1)



Jakarta bersiap mengukir sejarah perhelatan olahraga terbesar di Asia. Dengan menggandeng kota Palembang, Jakarta berbenah diri menampung ribuan atlet dan official dari 45 negara. Jakarta akan menjadi saksi bagi mereka yang berlaga memperebutkan medali untuk negaranya.

Karena menjadi tempat perhelatan akbar se-Asia, kompetisi 40 cabang olahraga yang berlangsung 18 Agustus sampai 2 September itu akan membetot perhatian banyak orang.

Selama lebih dari dua pekan, Jakarta akan menghiasi berita di media massa. Maklum, ada ribuan jurnalis dari 570 media yang datang ke Indonesia untuk peliputan.


Dalam perhelatan itu, setidaknya ada sekitar 11.280 atlet dari 45 negara yang sudah menyatakan hadir. Jika ditambah dengan official, jumlahnya akan naik menjadi 16.000 orang.

Jumlah tamu Asian Games 2018 itu 20% lebih banyak ketimbang perhelatan Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan.

Selain akan menyemarakkan pertandingan olah raga Asian Games, kehadiran tamu akan menjadi sumber energi baru untuk menggerakkan berbagai kegiatan ekonomi di Indonesia. Tak heran, banyak pelaku usaha yang bersiap menyambut tamu Asian Games tersebut.  

Misalnya pebisnis maskapai penerbangan. Asian Games yang diselenggarakan di dua kota Jakarta dan Palembang, berdampak positif bagi bisnis penerbangan domestik.

Beberapa pekan menjelang pelaksanaan Asian Games, konsumen sudah memesan tiket untuk mengamankan penerbangan antarkota.

Ikhsan Rosan, Senior Manager Public Relation Garuda Indonesia menjelaskan, kenaikan pesanan tiket penerbangan Jakarta–Palembang dan sebaliknya terdeteksi untuk penerbangan tiga hari sebelum penyelenggaraan Asian Games.

“Tiga hari sebelum tanggal 18 Agustus sudah ada kenaikan penjualan tiket. Saat ini 75% bangku terisi,” ujar Ikhsan.

Menurut Ikhsan, ada sembilan jadwal penerbangan Garuda dari Jakarta ke Palembang setiap harinya.

Melihat potensi kenaikan pesanan penerbangan saat Asian Games berlangsung, manajemen Garuda Indonesia memutuskan mengganti armada dengan pesawat yang lebih besar.

Biasanya, untuk rute ini, mereka menggunakan pesawat berkapasitas 160 penumpang. Belakangan, Garuda memutuskan pakai armada berkapasitas 260 penumpang, sekali jalan.

Sehingga, dalam sehari Garuda Indonesia bisa menyediakan 4.680 kursi penerbangan Jakarta–Palembang PP, naik dari angka sebelumnya sebesar 62,5%. Dengan tingkat keterisian kursi penerbangan 70% saja, Garuda Indonesia setidaknya bisa menjual sebanyak 3.267 tiket per hari.

Dengan asumsi harga tiket penerbangan Jakarta–Palembang dibanderol Rp 1 juta per tiket, maka Garuda Indonesia berpeluang mendapatkan penjualan Rp 3,27 miliar dari tiket penerbangan Jakarta–Palembang per hari. Itu belum termasuk pendapatan Garuda Indonesia dari rute-rute terkait Asian Games lain, misalnya dari negara tetangga.

Selain Garuda Indonesia, ada banyak maskapai penerbangan yang menyediakan penerbangan Jakarta–Palembang, seperti Citilink, Lion Air, Batik Air, Sriwijaya Air, NAM Air dan Wings Air. Maskapai tersebut memastikan bakal mendapatkan kenaikan pesanan tiket penerbangan saat Asian Games digelar.

Selain penerbangan domestik, Garuda Indonesia juga mencatat kenaikan pemesanan untuk rute luar negeri ke Jakarta. Namun, penerbangan luar negeri tak hanya dinikmati seperti Garuda Indonesia saja, melainkan juga maskapai asing yang juga membuka rute terbang ke Indonesia.

Karena banyak pemain, Garuda Indonesia tak menganggap perlu penambahan tempat duduk. “Sementara masih cukup dan tidak perlu adanya tambahan,” terang Ikhsan.

Meskipun demikian, AirAsia, maskapai low cost carrier (LCC) yang banyak melayani rute penerbangan di Asia menyatakan belum merasakan ada kenaikan pesanan tiket dari dan menuju Jakarta.

Baskoro Adiwiyono, Head of Communications AirAsia Indonesia, mengatakan, pemesanan tiket ke Jakarta atau sebaliknya masih normal. “Belum ada dampak signifikan Asian Games,” klaim Baskoro.

Cukup berat

Setelah penerbangan, pelaku bisnis yang riang gembira saat Asian Games adalah bisnis perhotelan dan restoran. Adapun pebisnis hotel dan restoran yang paling banyak menikmati mendapat berkah dari Asian Games adalah perhotelan & restoran di sekitar lokasi pertandingan Asian Games.

Hariyadi Budi Santoso Sukamdani, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menjelaskan, pemesanan hotel untuk waktu Asian Games sudah dilakukan jauh-jauh hari. “Kenaikan pemesanan kamar itu sudah terlihat sejak akhir Juli,” katanya.

Para pemesan kamar hotel terdiri dari atlet, official, jurnalis hingga suporter dari negara peserta. “Saat ini hotel sudah fully booked terutama yang berjarak sekitar 5 kilometer dari venue pertandingan,” ungkap Hariyadi. Kondisi tersebut tak hanya di Jakarta saja, melainkan juga di Palembang.

Hotel yang sudah penuh saat Asian Games, salah satunya, adalah The Sultan Hotel yang tak jauh dari stadion Gelora Bung Karno (GBK).

Indira Puliraja, Marketing Communication The Sultan Hotel, berkata , kamar hotel mereka sudah dipesan oleh tamu dari Jepang, Jerman, Prancis, Korea, Inggris dan Belanda. “Kamar kami sudah fully booked,” kata Indira.

Akan tetapi, khusus untuk Jakarta, kenaikan kebutuhan kamar hotel sejatinya tidak banyak masalah. Soalnya, masih ada banyak hotel yang beroperasi termasuk di daerah penyangga Jakarta, seperti Depok, Bekasi, dan Tangerang. Selain itu, juga tersedia banyak apartemen yang bisa disewa oleh tamu-tamu Asian Games.

Lain halnya di Palembang, yang terhitung hanya menyediakan 15.000 kamar hotel saja. “Untungnya ada rumah penduduk yang bisa disewakan,” tambah Asnawi Bahar, Ketua Umum Asosiasi Tours and Travel (ASITA). Rumah yang disewakan ini dapat menutup kekurangan pasokan hotel.

Selain menggarap potensi ekonomi dari atlet dan official, Asnawi bilang, ada juga potensi sumber devisa baru dari penonton atau suporter dari negara peserta Asian Games.

Dalam hitungan Asnawi, potensinya juga tak kalah besar karena suporter memiliki daya beli lebih tinggi. “Suporter belanjanya bisa lebih besar, terutama suporter dari negara-negara Timur Tengah,” urai Asnawi.

Hanya, menurut dia, tak semua suporter olahraga memiliki potensi besar. Suporter yang dianggap royal, misalnya, penoton sepakbola. “Semoga saja ada ratusan ribu orang yang datang ke Indonesia untuk menonton tim sepakbola. Mereka bisa dari Timur Tengah atau dari China,” harap Asnawi.

Di sisi lain, peluang mengumpulkan dolar dari suporter tampaknya cukup berat. Sebab, pada perhelatan Asian Games kali ini masih minim sosialisasi, terutama di negara-negara pesertanya.

“Promosinya kurang efektif untuk suporter di luar negeri, jadi kami belum bisa memproyeksikan seberapa besar suporter yang hadir,” ujar Haryadi.

Pelaku bisnis lain yang mendulang berkah dari Asian Games adalah, perusahaan otobus yang menyediakan kendaraan bagi atlet dan official.

Salah satunya adalah PT Blue Bird Tbk, yang mendapatkan kontrak mengangkut atlet dan official selama Asian Games. “Kami akan menyediakan 1.000 kendaraan berbagai tipe,” kata Michael Tene, Head of Investor Relations PT Blue Bird Tbk.

Jika nilai sewa satu unit bus Blue Bird bertarif Rp 2,5 juta per hari, setidaknya Blue Bird bisa meraup pendapatan Rp 2,5 miliar sehari. Selain dari bus, Blue Bird menggenjot pendapatan dari taksi konvensional. 

Blue Bird akan mengatur penyebaran kendaraan taksi agar bisa melayani mobilitas masyarakat yang ingin menonton pertandingan Asian Games baik di Jakarta dan Palembang.         

◆ Fasilitas Asian Games Bisa Menjadi Magnet Ekonomi Baru

Waktu penyelenggaraan Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang tinggal menghitung hari. Sejumlah infrastruktur dan venue pertandingan olahraga siap digunakan.

Untuk infrastruktur Asian Games tersebut, pemerintah merogoh kocek tak kurang dari Rp 7 triliun. Pemerintah juga mengalokasikan Rp 3 triliun untuk renovasi venue di Jakarta dan Palembang.

Total ada 76 venue dan 14 non-venue yang siap digunakan. Fasilitas inilah yang akan dipakai untuk ajang kompetisi dan latihan Asian Games. Khusus non-venue digunakan untuk wisma atlet.

Iskandar Simorangkir, Deputi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, mengatakan, pembangunan infrastruktur Asian Games tidak hanya untuk atlet Asian Games, tapi juga disiapkan untuk kebutuhan warga.  

Usai gelaran Asian Games, fasilitas Asian Games akan mendukung aktivitas warga di daerah setempat.  “Jadi salah jika ada yang bilang pembangunan infrastruktur itu membuang-buang uang rakyat,” kata Iskandar.

Ia mencontohkan, proyek LRT (light rail transit) di Palembang yang dibangun sebagai fasilitas pendukung Asian Games. Setelah Asian Games usai, fasilitas itu menjadi transportasi publik bagi rakyat Palembang.

Begitu pula renovasi stadion Gelora Bung Karno (GBK) yang dimanfaatkan warga setelah perhelatan olahraga terbesar di Asian itu usai.  

Fasilitas Asian Games juga disiapkan menjadi sarana pendidikan olahraga. Tujuannya meningkatkan daya saing olahragawan Indonesia.  “Selain juga bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas ekonomi baik langsung maupun tak langsung,” tambahnya.

Secara langsung, pembangunan infrastruktur berupa venue dan fasilitas pendukung telah mencetak lapangan kerja baru. Begitu juga dari sisi bisnis, pembangunan infrastruktur itu juga mendukung banyak aktivitas bisnis, terutama jasa konstruksi, material konstruksi dan banyak lagi.

Menurut Syarif Burhanuddin, Dirjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), proyek infrastruktur Asian Games menjadi salah satu pasar penting bagi industri baja. Sebab, infrastruktur dan konstruksi 78% memakai baja di dalam negeri.

“Ini saatnya meningkatkan kualitas industri baja. Salah satunya dengan menjalin kerjasama teknis dengan negara-negara yang sudah lebih maju dalam penggunaan konstruksi baja,” jelas Syarif.

Selain itu, penting dibentuk Masyarakat Konstruksi Baja Indonesia (Indonesia Society of Steel Construction/ISSC) sebagai forum standarisasi dan sertifikasi dalam penyediaan baja konstruksi, penelitian dan pengembangan baik desain maupun produk baja, serta pemersatu pemangku kepentingan baja konstruksi di Indonesia.

Kehadiran fasilitas dan infrastruktur olahraga tersebut juga membuka mata pelaku usaha mengembangkan bisnis baru.

Erick Thohir, Ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (Inasgoc) menjelaskan, bisnis olahraga nantinya akan menjadi bisnis generasi keempat selain industri media, industri kreatif, dan Industri digital. 

“Dengan adanya 40 cabang olahraga di Asian Games, akan ada banyak konten sports yang bisa dikreasikan nantinya,” jelas Erick.

Begitu juga dari sisi pariwisata. Asnawi Bahar, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA), menilai, jika sukses menggelar Asian Games, biasanya akan banyak event olahraga berskala internasional digelar di Indonesia. “Jadi hasilnya tak hanya dirasakan saat Asian Games, dampaknya akan terasa setelahnya,” kata Asnawi.    

Bersambung: Fulus akbar di Asian Games 2018: Strategi INASGOC menggaet para sponsor (2)

Artikel ini sebelumnya sudah dimuat di Laporan Utama Tabloid KONTAN edisi  23 Juli- 29 Juli  2018. Artikel berikut data dan infografis selengkapnya silakan klik link berikut:  "Rebut Peluang Emas di Asian Games"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Mesti Sinaga