Fulus akbar di Asian Games 2018: Strategi INASGOC menggaet para sponsor (2)



Sebelumnya: Fulus akbar di Asian Games 2018: Siapa saja yang bakal menikmati ? (1)  

Hajatan olahraga akbar se Asia berjuluk Asian Games 2018 akan berlangsung di Jakarta dan Palembang tiga pekan ke depan. Hajatan ini boleh jadi akan disaksikan oleh 5 miliar penduduk Asia.

Perhelatan akbar inilah yang  diharapkan bisa menjadi magnet bagi perusahaan-perusahaan baik tingkat global maupun lokal untuk mempromosikan brand  alias merek dan memamerkan produk-produk  mereka ke khalayak.

Promosi itu bisa dilakukan dengan menyeponsori tim, mendukung cabang olahraga tertentu, atau seluruh rangkaian acara Asian Games.


Panitia pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC) mencatat, hingga pertengahan Juli 2018 mereka sudah mengantongi dana dukungan dari para sponsor sekitar Rp 1,6 triliun. Jumlah ini melebihi target Inasgoc yakni sebesar Rp 1 triliun.

Untuk menembus target itu, Inasgoc memang harus mati-matian mengerahkan tenaga untuk mengumpulkan dana guna menyelenggarakan acara ini. Sebab pemerintah Indonesia cuma memberikan dukungan dana sekitar Rp 5 triliun.

Memang tak mudah bagi Inasgoc mendapatkan dana sponsor. Sejak mereka menawarkan paket sponsor ke publik pada Juni 2017, tidak banyak yang merespon.

Beberapa perusahaan yang masuk jadi sponsor pun tak mau berdiri sendiri jadi sponsor utama. Beberapa badan usaha milik negara (BUMN) pilih joinan untuk menjadi sponsor utama. Misalnya Telkom bareng Telkomsel, BRI berbarengan Bank Mandiri, lalu Pertamina bergandengan dengan BNI.

Maklum, kalau mau menjadi sponsor utama ongkosnya gede. Sekadar tahu, Olympic Council of Asia sebagai pemilik Asian Games telah menetapkan empat kelas sponsor.

Pertama, prestige partner dengan nilai komitmen US$ 15 juta. Kedua, official partners nilai US$ 10 juta. Ketiga, official sponsors dengan nilai komitmen US$ 4 juta. Keempat, official supplier (lihat grafik di bagian akhir artikel ini). Di kelas keempat ini, sponsor tidak diwajibkan memberikan dana segar, tapi hanya value in kind (VIK) senilai Rp 15 miliar.

Cahyadi Wanda, Vice Director of Revenue Inasgoc, menceritakan, paket sponsor itu tidak bisa diterima pasar Indonesia. “Pasar enggak ada yang berani. Ada perusahaan yang bilang dananya bisa habis untuk Asian Games aja, nih,” ungkap.

Modifikasi sponsor Karena itulah Inasgoc melakukan penyesuaian dengan cara membolehkan bekerjasama untuk menjadi sponsor. Walhasil  setelah modifikasi ini, satu per satu kelas sponsor terisi.

Tak hanya itu, agar minat  perusahaan menjadi sponsor meningkat, Inasgoc pun berinisiatif memberikan diskon. Calon sponsor diberi potongan harga mulai 20% hingga  30%.

Pemberian diskon ini juga memperhitungkan dengan VIK yang diberikan. Contohnya, produsen air mineral Aqua dan  produsen minuman ber-ion, Pocari Sweat masuk menjadi official sponsor, tapi mereka juga berkontribusi pada penyediaan minuman selama perhelatan.

Demikian juga dengan Samsung. Perusahaan asal Korea Selatan ini menjadi official sponsor dengan berkomitmen menyediakan televisi di Wisma Atlet plus telepon pintar bagi panitia Asian Games 2018.

“Kami ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk turut serta membakar semangat menyukseskan Asian Games 2018 dengan menangkap, menyebarkan dan menikmati momen-momen seru Asian Games 2018 melalui inovasi yang dibenamkan pada produk-produk Samsung,” kata Lee Kang Hyun, Vice President Samsung Electronics Indonesia (11/7).

Namun, dua modifikasi untuk mengumpulkan sponsor ini belum cukup ampuh memancing peminat. Akhirnya, September 2017 Inasgoc memutuskan untuk membuka kelas sponsor baru, yakni supporting sponsor. Nilai komitmen yang ditawarkan Rp 15 miliar. Dari sini lah banyak perusahaan menjadi sponsor.

Inasgoc juga mengail dana dari logo Asian Games. Inasgoc menawarkan official licensing. Panitia membuka peluang bagi siapa saja yang ingin membeli lisensi Asian Games. Para pembeli lisensi ini bisa memproduksi barang bertemakan Asian Games hingga akhir 2018.

Setelah waktu habis, mereka hanya boleh menjual untuk menghabiskan stok. Sekarang ini sudah ada 28 lisensi Asian Games yang laku terjual.

Adapun perusahaan yang berminat membeli lisensi Asian Games antara lain KFC, perusahaan pakaian Giordano Indonesia, produsen sepatu Brodo Foodwear, dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex).

Mereka akan menyertakan logo-logo Asian Games pada produk-produk mereka. Misalnya Sritex. Perusahaan tekstil ini akan memproduksi dan menjual pakaian berlogo Asian Games.

Yukka Harlanda, bos dan pendiri Brodo, menceritakan, keikutsertaan sebagai sponsor akan ia lakukan sesuai kapasitas Brodo sebagai produsen sepatu, “Kami akan membuat merchandise sepatu dengan logo Asian Games,” katanya.

Brodo akan menyiapkan 2000 pasang sepatu bertema Asian Games di lapak Brodo dan official store Asian Games. Harga nya Rp 250.000-Rp 800.000 per pasang.

Hingga saat ini Brodo masih proses produksi. “Persiapannya sangat mepet, kami baru ditawari terlibat dalam Asian Games pada Mei 2018. Semoga pas hari H nanti semuanya sudah siap,” ujar Yukka.

Dengan mengusung sepatu berlogo Asian Games, pihaknya akan melakukan bagi hasil atas produk yang terjual. Sayangnya Yukka enggan menyebut berapa besar persentase pembagian bagi hasil Brodo dan Inasgoc.

Brodo tidak menargetkan penjualan yang muluk-muluk pada momentum Asian Games 2018. “Kami mendapat kesempatan andil di Asian Games ini sudah menjadi kebanggaan. Saya kaget saat ditawari jadi sponsor karena kami ini levelnya masih UKM,” jelas Yukka.

Brodo, ujar Yukka, ingin mempergunakan kesempatan ini untuk membangun branding lebih kuat dan luas sebagai sepatu keren dan berkualitas.

Hingga saat ini Inasgoc sudah mengantongi 43 sponsor. Dari perolehan total sponsorship tersebut tidak semua menyumbangkan dana segar. Dari Rp 1,6 triliun yang terkumpul, Rp 800 miliar berupa dana tunai dan Rp 800 miliar berupa VIK.

Dana itu masih bisa  bertambah, karena panitia masih membuka peluang kerjasama dengan calon sponsor hingga akhir Juli 2018. Inasgoc mengklaim saat ini ada satu perusahaan yang berminat menjadi sponsor, tapi masih dalam proses negosiasi.

Jualan produk baru

Selain merek-merek lokal, ada juga merek berskala global yang menjadi sponsor. Antara lain Pocari Sweat, Canon, Ssangyong Information and Communication Group, Grab, dan Tissot. Setidaknya ada 10 merek berskala global yang menjadi sponsor. “Brand China juga ada yang berminat menjadi sponsor,” ujar Cahyadi.

Misalnya perusahaan pakaian 361º, yang meneken kontrak dengan Olympic Council of Asia untuk menjadi sponsor Asian Games selama beberapa tahun ke depan. Ada juga produsen sound system Lex.

Kerelaan sponsor mengeluarkan duit gede tentu ada tujuannya. Arif Prabowo Vice President Corporate Communication PT Telkom Tbk meyakini putusan menjadi sponsor  akan membawa hasil yang sesuai dengan target perusahaan. “Kami kan harus selektif mencari event yang memberikan return dari sisi aspek bisnis,” katanya.

Telkom melihat, Asian Games 2018 merupakan perhelatan terbesar Asia sehingga animo masyarakat untuk menonton hajatan ini cukup tinggi.

Ajang ini akan menjadi pembuktian bahwa Telkom memiliki infrastruktur yang mumpuni untuk mendukung Asian Games 2018. Selanjutnya Telkom berharap ada pengguna jasa Telkom di hajatan Asian Games yang bakal menjadi mitra bisnisnya.

Sementara PT Indofood Sukses Makmur Tbk ingin memanfaatkan pesta olahraga akbar ini untuk memperkenalkan produk anyar mereka.

Fierman Authar, Head of Consumer Engagement Corporate Marketing Indofood, mengatakan, Indofood sudah menyiapkan 20 stan di sejumlah lokasi perhelatan Asian Games 2018.

Indofood akan mengusung tiga merek yaitu Indomie, Indomilk, dan Pop Mie. Indomie akan mengeluarkan produk dengan kemasan khusus Asian Games.

Indomilk juga akan menawarkan edisi khusus Asian Games dan produk baru. Sedangkan Pop Mie akan menawarkan rasa baru selama Asian Games.

Begitu pula produsen elektronika Canon yang  akan memperkenalkan produk baru di kompetisi olahraga terbesar se Asia ini. Mulai kamera hingga produk printer terbaru.

Sayangnya Sintra Wong, Division Manager of Canon Image Communication, enggan menyebut target yang diharapkannya dari keterlibatannya di acara ini.

Canon ikut memberikan merchandise bertema Asian Games kepada pembeli produknya. “Canon masuk sebagai official partner sudah disesuaikan dengan kapasitas dan keterlibatan sumber daya kami,”ujar Sintra.

Banyak pendukung

Perusahan es krim asal Singapura, Aice, tak mau ketinggalan. Sylvana Zhong, Manager Marketing and Brand Aice mengatakan, Aice akan mendirikan stan di venue pertandingan dan mendukung atlet yang bertanding dengan menyediakan es krim Aice varian obor.

“Kami akan hadir di 17 venue  pertandingan,” ujar Sylvana. Selain berhak mendirikan stan, di lapangan pertandingan akan ada board dan gate dengan logo Aice.

Tak cuma perusahaan telekomunikasi, makanan dan minuman, serta elektronik yang bersedia menggelontorkan dana sesebagai sponsor Asian Games.

Beberapa perusahaan konstruksi pelat merah pun tergerak menjadi sponsor. Misalnya, PT Adhi Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Waskita Karya Tbk dan PT Pembangunan Perumahan Tbk. Perusahaan yang semula hanya terlibat jadi kontraktor penggarap proyek akhirnya turut urun dana.

“Ada kesinambungan juga, kan stadion GBK kami yang merenovasi,” terang Ki Syahgolang Permata, Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Tbk. Masuk sebagai salah satu sponsor dianggap bisa membantu promosi bagi Adhi Karya.

Inasgoc juga berhasil menggaet PT Transjakarta sebagai sponsor. Perusahaan transportasi yang beroperasi di Ibukota Jakarta ini mengaku tak mau kehilangan kesempatan andil dalam Asian Games.

Kepala Humas PT Transjakarta Wibowo menyatakan, komitmen perusahaannya bukan dalam bentuk dana segar, melainkan akan menyediakan 300 unit bis sebagai transportasi para atlet menuju tempat pertandingan.

Beberapa halte dan busnya juga menjadi media promosi Asian Games. Wibowo yakin, perhelatan akbar ini bisa meningkatkan jumlah pelanggan Transjakarta. “Kemungkinan saat Asian Games kami akan menambah jumlah armada yang beroperasi,” timpalnya.

Inasgoc juga menggandeng produsen kesehatan Combiphar untuk menjadi sponsor. Presiden Direktur Combiphar Michael Wanandi mengatakan, pihaknya terlibat sebagai official supplier.

Dalam Asian Games nanti Combiphar akan menyediakan beberapa produknya untuk para supporting official atau pelatih. “Kalau mereka butuh obat, akan kami sediakan,” kata Wibowo.                       

◆ Deretan Sponsor Asian Games 2018

Jenis Sponsor Perusahaan yang menjadi sponsor Nilai Komitmen
Official Prestige Partners Telkomsel & Telkom, Bank Mandiri & BRI, Pertamina & BNI, Astra, Grab, Tissot, 3610, SsyangYong Information & Communication  US$ 15 juta
Official Partners Indofood, Pocari Sweat, APP Sinarmas, Canon US$ 10 juta
Official Sponsors AQUA, Tonoto Foundation, Samsung, Mastercard, Aice US$ 4 juta
Official Supplier asa Marga, Angkasa Pura II, PT KAI, Mandiri Inhealth, Lightlink, Combiphar, Unilever, Citra Marga Nusaphala Persada, Frestea, Lax Rp 15 miliar
Supporting Sponsors PLN, Bank BTN, PGN, Alfamart, Jiwasraya, Adhi Karya & Waskita Karya, Wijaya Karya & PTPP, Deltatre, NEC, Transjakarta Rp 15 miliar
Official Licensing Sritex, Sinde, Giordano Indonesia, Karya Dua Anyam, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Brodo Footwear, PT Fastfood Indonesia Kesepakatan
Catt: Hingga 19 Juli 2018 perolehan dana sponsor Asian Games 2018 telah mencapai Rp 1,6 triliun Sumber: INASGOC

** Artikel ini sebelumnya sudah dimuat di Laporan Utama Tabloid KONTAN edisi  23 Juli- 29 Juli  2018. Artikel berikut data dan infografis selengkapnya silakan klik link berikut:  "Gotong Royong Sambil Berjualan"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Mesti Sinaga