Fulus dari gerai pempek masih menggigit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Siapa yang tidak mengenal pempek. Makanan khas Palembang ini sudah menjadi salah satu camilan yang paling banyak masyarakat suka. Baik anak-anak maupun orang dewasa.

Ini tidak terlepas dari cita rasa yang pempek suguhkan. Dengan kuah asam pedas yang menjadi paduan khas, rasa gurih, asam, dan manis kudapan dengan bahan baku utama tepung dan ikan tengiri itu langsung beradu, membuat lidah makin bergoyang.

Tak heran, penjaja pempek bertebaran di mana-mana. Mulai pedagang yang keliling kampung dan perumahan, hingga yang berbentuk gerai. Baik gerai bentuk gerobak ataupun kedai. Termasuk, yang menawarkan waralaba atau kemitraan untuk mempercepat ekspansi.


Nah, Rubrik Review Waralaba kali ini bakal mengupas soal kemitraan gerai pempek. Untuk mengetahui lebih lanjut soal perkembangan program kemitraan dari gerai pempek tersebut, berikut ulasan dari tiga gerai pempek yang sudah menawarkan waralaba.  

Pempek Farina

Ini adalah bisnis pempek dari Billy Firmansyah di bawah bendera Farina Group yang sudah beroperasi sejak 2014 lalu. Berbasis di Surabaya, Jawa Timur, Pempek Farina mulai menawarkan kemitraan usaha pada 2016.

Saat KONTAN mengulas tahun lalu, Pempek Farina sudah menggandeng 26 mitra bisnis. Namun saat ini jumlah mitra yang aktif turun jadi 20 mitra, yang tersebar di Surabaya, Madiun, Jember, Malang, Bali, Makassar, Sidoarjo, Kupang, dan Tangerang. "Bulan ini sudah deal dengan calon mitra yang akan buka di Tangerang," kata Billy.

Berkurangnya jumlah mitra tersebut bukanlah karena potensi pasar dari pempek yang berkurang. Tapi, lantaran mitra bisnis yang kurang konsisten dalam dalam menjalankan usaha kuliner terebut. Selain itu, juga karena faktor lokasi yang kurang strategis serta ada mitra yang tidak memperpanjang kerjasama.

Hingga kini, paket waralaba yang Pempek Farina tawarkan masih belum berubah, sebesar Rp 315 juta. Dengan paket tersebut, mitra akan mendapat aneka fasilitas, seperti  penggunaan merek usaha dan kerjasama selama lima tahun, perlengkapan masak lengkap, bahan baku awal, pelatihan, dan branding.

Supaya tetap bertahan, inovasi juga Pempek Farina lakukan. Yakni, dengan melansir menu anyar. "Menu baru untuk  Farina adalah pempek penyetan dan pempek geprek. Yang paling baru tekwan tomyam," imbuh Billy.

Adapun banderol harga menu yang ada di gerai Pempek Farina mulai dari Rp 10.000 sampai Rp 25.000 per satuan. Misalnya, kapal selam, lenjer, kulit, keriting, dan model lainnya. Sedangkan menu bujang tuo dibanderol dengan harga Rp 7.000 per biji.

Dengan inovasi tersebut, Billy berharap, jumlah gerai Pempek Farina terus bertambah, terutama yang berada di luar Surabaya. Ia menargetkan, jumlah gerai milik mitra bisa tembus 48 outlet sampai akhir tahun nanti. "Brand Farina sudah teruji di Surabaya dan Jawa Timur, tapi belum familiar di kota lain seperti Jakarta. Semoga ada yang cepat bergabung," ujarnya.

Seorang Sahabat

Pelaku usaha bisnis pempek lainnya adalah Hernita Kurniawan. Ia merintis usaha pempek dan makanan khas Palembang lainnya sejak 2012, dengan mengusung brand Pempek Seorang Sahabat. Dia mulai menawarkan kemitraan dua tahun setelahnya.

Usai KONTAN mengupasnya dua tahun lalu, kini Pempek Seorang Sahabat memiliki 13 gerai pribadi dan 4 gerai mitra. Jumlah tersebut bertambah dari sebelumnya 12 gerai pribadi dan 3 gerai mitra. Empat gerai mitra saat ini ada Parung, Kalibata, Kemayoran, dan Surabaya.

Nilai investasi kemitraan juga belum berubah dari tahun 2017. Hernita mematok paket kemitraan Rp 1 juta-Rp 6 Juta. "Masih sama dan kami beri freezer untuk memudahkan mitra simpan stok bahan," katanya ke KONTAN.

Begitu dengan harga menu yang belum berubah. Banderol harganya mulai Rp 8.500 sampai Rp 35.000 per menu. Ada tujuh macam pempek yang Pempek Seorang Sahabat sajikan, seperti kapal selam, lenjer, pastel, keriting, pempek telor, adaan bulat kecil, dan pempek kulit.

Makanan lain yang Pempek Seorang Sahabat tawarkan adalah tekwan, model, pindang patin, pindang tulang iga, laksa, dan celimpangan. Pempek Seorang Sahabat juga memiliki menu baru, yakni pempek tusuk, tempoyak, dan lenggang panggang. Ada juga menu anyar lainnya yakni  pempek mozarella.

Yang namanya bisnis, tentu ada kendala. Dan, persoalan tenaga kerja yang kerap keluar masuk masih menyelimuti bisnis Pempek Seorang Sahabat. Untuk menyiasatinya, Hernita merekrut lebih banyak tenaga kerja. Tujuannya adalah ada cadangan pegawai saat ada yang undur diri.

Dengan inovasi dan menyiasati persoalan tenaga kerja tersebut, Hernita pun optimistis, gerai Pempek Seorang Sahabat bisa bertambah banyak. Sampai akhir tahun ini, ia menargetkan, ada tambahan sekitar 10 mitra baru. Dan, dia pun tetap melakukan kunjungan ke mitra guna bimbingan dan evaluasi bisnis.

Rupanya, selain berbisnis kuliner,  Hernita juga menekuni usaha di bidang pendidikan dengan nama Golden Baby School. Lokasi sekolah milik Hernita ini terletak di dua tempat yaitu Kelapa Gading dan Garden City.

Pempek Ong

Bisnis pempek besutan Susanti asal Serpong, Tangerang Selatan, ini masih stagnan. Pasalnya, sejak tahun lalu membuka tawaran kemitraan, hingga tahun ini belum ada satu mitra pun yang tertarik untuk bergabung dengan Pempek Ong. "Gerai milik mitra masih belum ada. Tapi,  untuk bisnis pempek saya pribadi tetap berjalan. Mungkin memang kemitraannya belum ada yang tertarik," katanya kepada KONTAN.

Sejauh ini, Susanti masih menawarkan pempek lewat kanal online dan belum membuka gerai pribadi. Pempek Ong sudah jualan via online semenjak 2014. Meski hanya berjualan online, pelanggan terus berdatangan. Itulah yang membuat Susanti tidak memerlukan gerai fisik.

Susanti sudah membangun usaha pempek skala rumahan sejak 2014 lalu. Langkahnya memasarkan pempek via e-commerce dan media sosial membuat banyak pihak yang tertarik menjadi reseller Pempek Ong. "Saat ini, saya punya beberapa reseller dan dropshipper," ungkap dia.

Walaupun belum ada mitra yang tertarik bergabung, Susanti tetap optimistis. Berkaca dari hasil jualan secara online, ia tetap membuka tawaran kemitraan Pempek Ong. Adapun investasi yang ia tawarkan sebesar Rp 10 juta.

Dengan modal tersebut, mitra akan mendapatkan fasilitas satu unit booth, peralatan dan perlengkapan masak lengkap, media promosi berupa banner, serta bahan baku awal berupa pempek. "Semua bahan baku berupa pempek frozen yang sudah jadi. Saat jualan, mitra tinggal goreng saja," jelas Susanti.

Harga Pempek Ong pun masih sama, yakni aneka pempek ukuran kecil berbanderol Rp 6.000-Rp 7.000 per buah. Sedang harga pempek ukuran besar Rp 20.000- Rp 25.000 per buah.

Sementara kendala dalam menjalankan bisnis ini, Susanti mengungkapkan, persoalan biaya pengiriman pempek ke pemesan. Terkadang, biaya pengiriman yang mahal bisa memberatkan konsumen. Sebab, biaya pengiriman menjadi tanggungan konsumen. "Kadang saya kasihan, apalagi ada yang minta dikirim ke luar negeri," sebut dia.                

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon