KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jam tangan kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Salah satu produk penunjuk waktu ini pun menjadi produk fesyen. Tak heran, beragam produk jam tangan tersaji untuk menarik minat para pembeli. Termasuk, arloji yang terbuat dari kayu. Inilah yang Maja Watch, label jam tangan artisan, tawarkan. Adalah Justicia Dwita Dewi yang memang penyuka jam tangan, yang membangun Maja Watch. Usaha yang dia dirikan pada 2021 ini merupakan keinginannya membuat produk yang ramah lingkungan. "Kayu merupakan bahan yang lebih ramah lingkungan ketimbang metal," kata Justicia kepada KONTAN beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Bangga Buatan Indonesia: Ini motivasi Afidha Fajar Adhitya produksi jam tangan kayu Untuk bisa membuat jam tangan dari kayu, Uci, sapaan karib Justicia Dwita Dewi, bekerjasama dengan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal. Dia yang mendesain sendiri jam tangan kayu. Sebagai pembeda, Uci membubuhkan tema cerita rakyat Tanah Air di setiap jam tangan kayu buatannya. Ada yang bertema Arjuna dan Srikandi dengan bentuk jam bulat. Lalu, ada arloji yang bertema atau seri Rama dan Shinta serta Bajo. Selain tema artisan yang beragam, bahan baku yang Maja Watch gunakan tidak hanya satu jenis kayu saja. Selain kayu jati, Maja Watch menggunakan kayu maple hingga mahoni sebagai bahan baku. Sebagai pemanis, Uci membalut Maja Watch dengan tali jam dari kulit sapi asal Yogyakarta. Dengan beragam produk jam tangan kayu tersebut, Uci membidik pasar generasi muda untuk Maja Watch. Yakni, yang berusia 25 tahun sampai 45 tahun. Menurutnya, kelompok usia ini menggemari fesyen unik dan ramah lingkungan. Hasilnya, dalam waktu satu bulan, Maja Watch mampu memproduksi sekitar 250 buah jam tangan dengan beragam seri. Uci pun mengklaim, penjualan Maja Wach bisa tembus 150-200 buah jam tangan per bulan, dengan omzet bisa mencapai Rp 120 juta per bulan. Sebab, harga jam tangan Maja Watch ia banderol mulai Rp 639.000 untuk ukuran kecil dan Rp 689.000 ukuran besar. Melihat hasil tersebut, perempuan berpendidikan teknik industri ini pun mulai memperlebar pasar. Maja Watch, dia menyebutkan, selama dua setengah tahun berdiri, kerap tampil di ajang pameran internasional. Misalnya, Berlin Design Week. Lalu, ia rutin penjajakan ke Bangkok.
Keberhasilan menembus pasar internasional itu, Uci mengungkapkan, tidak terlepas dari keberhasilannya lolos tahap kurasi produk yang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) gelar. Saat ini, penjualan Maja Watch melalui kanal offline maupun online. Gerai Maja Watch ada di Grand Indonesia, Gandaria City, hingga Cinere 8, Jakarta. Uci berharap, penjualan Maja Watch bisa terus tumbuh. Untuk itu, dia berupaya mengoptimalkan penjualan offline dengan memperbanyak gerai serta memperluas jalur online. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon